Jumat, 09 Oktober 2015

[Resensi: Akulah Arjuna - Nima Mumtaz] Sang Arjuna Memilih Antara Cinta dan Logika


Judul buku: Akulah Arjuna
Penulis: Nima Mumtaz
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2014
Tebal buku: 443 halaman
Genre: Contemporary Romance
ISBN: 978-602-02-4771-7
Available at: Bukupedia


BLURB

Pencarian Cinta seorang Arjuna
Antara hati dan logikanya

Oke, inilah masalah pelik yang membelitku. Aku beristri dua!
Upps ... punya pacar dua, tepatnya. Eehhh, enggak juga.
Yang pasti saya punya dua pasangan tapiii … gak tepat juga ini, jadi apa istilah yang pas, ya?

Dalam khayalanku yang terliar pun gak akan pernah aku bayangin dapet nasib kayak gini. Aku adalah tipe lelaki setia yang tak akan pernah mempunyai dua pasangan dalam satu waktu bersamaan. Itu pantangan buat aku. Tapi sialnya itulah yang terjadi sekarang ini. Walaupun ini bukan mauku dan gak pernah kusengaja. Suer!

Di satu sisi aku udah punya Nina—walaupun dia gak secara langsung mengiyakan permintaanku, tapi boleh, dong aku kepedean nyebut dia pacar. Secara dia juga memperlakukan aku seperti pacarnya. Tapi di sisi lain ada anak bos, si setan cilik yang nyebelin itu, yang memproklamirkan diri sebagai pasanganku di kantor.

Indah, bukan? Banget! Bahkan terlalu indah untuk playboy terganteng seperti aku sekalipun.


RESENSI

Hati Arjuna melambung ketika Nina, cewek pujaan hatinya yang ditaksir kurang lebih selama satu tahun, bersedia menjadi kekasihnya. Juna sudah nggak sabar membawa Nina ke hadapan keluarganya untuk diperkenalkan sebagai calon istri.
Namun, hari-hari yang damai sejahtera itu porak poranda saat Ayana muncul dalam kehidupannya. Ayana, putri bosnya, yang baru berusia 16 tahun itu secara terang-terangan tanpa rasa malu menunjukkan kalau dirinya cinta mati pada Juna. Alamak!
Juna dibuat pusing oleh ulah Ayana yang seolah nggak peduli meski Juna punya pacar, Juna kentut sembarangan, bahkan meski Juna kerap bicara ketus dan menganggapnya cewek gila. Ayana nggak pernah merasa ilfil terhadap tingkah norak Juna, berbeda dengan Nina yang justru malah belingsatan dan sering ngambek.
Juna pun harus segera bertindak serius. Demi kelangsungan hubungannya ke jenjang yang lebih serius, Juna membawa Nina ke rumah dan memperkenalkannya kepada seluruh anggota keluarga. Malam itu juga, Juna melamar Nina. Gayung pun bersambut, Nina bersedia menikah dengan Juna.
Di kantor, ketika Juna sedang mencari cara untuk memberi tahu Ayana bahwa ia akan segera menikah, tanpa sengaja Juna malah melihat Nina yang sedang berselingkuh.
Kejadian itu membuat Juna kembali berpikir ulang. Apakah ia akan memaafkan Nina atau mengikuti saja permainan pacar-pacaran dengan Ayana? Ketika kedua gadis itu berlalu dari hidup Juna, yang mana yang membuat hati Juna remuk redam? Siapa yang akan Juna kejar bahkan hingga kematian memisahkan?

--------


Ini novel ketiga Nima Mumtaz yang saya baca dan membuat saya makin menyukai karyanya. Sungguh, untuk ide cerita, Nima benar-benar pandai mengolahnya menjadi cerita yang manis. Saya nggak ragu lagi untuk menjadikannya sebagai penulis favorit saya.

Cara bertutur Akulah Arjuna bisa dibilang sedikit lebih rapi dibanding Cinta Masa Lalu. Novel ini diceritakan dari sudut pandang orang pertama, yaitu Juna, dengan segala ketengilan dan kepercayaan dirinya yang berlebihan. :))))
Narasinya masih menggunakan bahasa nonbaku, tapi sudah enak dibaca.

Yang saya sukai dari karya Nima Mumtaz adalah dialognya yang lincah dan memperlihatkan chemistry yang kuat. Interaksi antara satu tokoh dengan tokoh lainnya mengalir dan luwes. Nggak ada kekakuan atau kalimat basi yang membosankan.

Membaca cerita ini membuat saya senyum-senyum menikmati rasa frustrasi Juna. Sepertinya Juna kualat nih, sama Mas Dave. Hahaha.
Pasangan David dan Viona cukup banyak nimbrung di novel ini, jadi serasa dapat bonus menyaksikan kelanjutan hubungan mereka sejak di Cinta Masa Lalu.
Kocaklah pokoknya kalau Juna, David dan Viona ada dalam satu scene.

Meskipun sudah lebih rapi, typo novel ini masih bertebaran. Kesalahan yang paling banyak terjadi adalah penggunaan di- sebagai kata depan dan sebagai awalan sering terbalik penulisannya. Misalnya saja:

dihadapanku --> di hadapanku (hlm. 12)
di set --> diset (hlm. 24)
di rem --> direm (hlm. 26)
kedokter --> ke dokter (hlm. 72)
di pegangnya --> dipegangnya (hlm. 102)
Itu hanya beberapa contoh dari banyaknya kesalahan dalam novel ini.

Selain itu penggunaan partikel -pun juga masih kurang tepat:
apapun --> apa pun (hlm. 7)
akupun --> aku pun (hlm. 10)
dan masih banyak lagi.
Kata dari bahasa asing juga banyak yang tidak ditulis dengan huruf miring.

Tapi masih sangat enak dibaca kok. Apalagi pilihan diksi Nima Mumtaz selalu mengharu biru dan bikin sukses mewek-mewek. Sudah tiga novelnya yang saya baca, dan ketiganya membuat saya nangis-nangis. ^^

Ah, tolong, saya ketagihan karya Nima Mumtaz! :D

TEBAR-TEBAR QUOTE

"Kalau cinta sudah memilihmu, ke manapun kau menghindar, tak akan ada cukup tempat kau sembunyi." (hlm. 59)

"Ingat Juna, orang kuat itu adalah orang yang bisa nahan diri saat marah." (hlm. 123)

"Saat mencintai seseorang, kita tak akan pernah peduli dengan masa lalunya, dengan apa yang mengikutinya, bahkan dengan semua keburukan dan kebusukannya. Kita hanya akan melihat dia apa adanya dan hanya mengharapkan semua hal yang terbaik untuknya. Bahkan tak akan pernah peduli kalau akhirnya hanya sakit yang bisa kita terima. Kamu hanya ingin melihat dia tersenyum, hanya ingin dia bahagia." (hlm. 172-173)

"Jangan ingkari apa yang dipilih hatimu. Bahkan orang buta pun bisa merasakannya. Kejarlah, mungkin kau akan lebih tenang. Dan jangan cari pelarian bodoh atau kamu akan menyesal pada akhirnya." (hlm. 240-241)

"Kamu mau aku menunggu? Akan kutunggu. Kamu minta aku datang? Aku akan ke sana. Aku tak peduli lagi dengan apapun sekarang. Aku hanya ingin matahari tetap menjadi milik kita. Kamu dan aku." (hlm. 307)

"Juna … setiap hubungan pasti ada naik turunnya. Jangan ragu meminta maaf kalau kamu punya salah dan jangan hanya minta dimengerti tanpa kamu mau mengerti. Laki-laki itu pasti jadi kepala keluarga, itulah kenapa dia harus matang dulu sebelum berani bawa anak orang. Selain tanggung jawabnya besar, pemikiran dan emosi harus stabil karena kelak dialah yang akan membawa arah rumah tangganya." (hlm. 320)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon