Selasa, 17 November 2015

[Resensi: Love Is The End - Christina Tirta] Mengakhiri Cinta yang Obsesif


Judul buku: Love Is The End
Penulis: Christina Tirta
Editor: Afrianty P. Pardede
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2015
Tebal buku: 181 halaman
ISBN: 978-602-02-7343-3
Available at: .bukupedia.com



BLURB

Walau sudah lama tak bertemu, Naira tak sanggup melepaskan obsesinya terhadap Aidan Rahardja. Katakan saja norak, tapi Aidan memang cinta pertamanya. Katakan saja ini takdir, yang membuat mereka akhirnya kembali berjumpa di kantor tempat Naira bekerja dengan jabatan sebagai atasan baru Naira. Sayangnya, bukannya membawa harapan baru, Aidan malah kembali membuat Naira patah hati dengan mengumumkan bahwa ia telah memiliki kekasih yang bernama Ami. Tidak tanggung-tanggung, kekasihnya adalah keponakan GM di tempat ia bekerja sekaligus anak pemilik perusahaan.

Bobbi, kakak Ami, yang merupakan atasan Naira, membuat Naira semakin "gerah" dengan sifatnya yang jelas-jelas menunjukkan rasa tidak sukanya pada Naira. Tidak hanya itu, Bobbi seolah-olah menyimpan banyak rahasia dan melibatkan Naira di dalamnya. Merasa tak punya pilihan lain, Naira pun menjalankan tugasnya walau dengan perasaan kesal. Tugas-tugas yang akhirnya membuat Naira merasakan sesuatu yang lain pada Bobbi.

RESENSI

Bagi Naira, Aidan adalah obsesi yang tak bisa hilang meski pria itu kerap tiba-tiba lenyap tanpa kabar berita. Aidan yang dikenal Naira sejak SMA, yang senyum dan matanya bersinar bagai dewa matahari. Aidan yang bisa tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba muncul ke dalam hidup Naira seenak udelnya sendiri.
Seperti saat ini, setelah lulus kuliah dan hilang tanpa kabar, Aidan tiba-tiba saja muncul di kantor Naira dan diperkenalkan sebagai manajer divisi purchasing yang baru bersama seorang pria bernama Bobbi yang menjadi wakil GM mereka. Naira kaget, tapi Aidan tampak lebih shock lagi saat melihat Naira.
Sayangnya, kali ini Aidan kembali dengan status sebagai kekasih Ami, gadis cantik namun terlihat rapuh yang tak bisa dibenci Naira. Justru malah Bobbi yang tampak membenci Naira dan mengancam Naira agar tidak merebut Aidan dari sisi Ami. Tentu saja Naira jengkel setengah mati pada Bobbi si raja jutek.
Hingga tiba saat Aidan melamar Ami tepat di muka umum, Naira pun sadar ia harus melepas obsesinya. Naira tanpa ragu lagi menerima tawaran Bobbi untuk menjadi asistennya. Kedekatan mereka mulai menumbuhkan rasa berbeda bagi Naira. Walau masih jutek dan memberi perintah aneh—termasuk memata-matai sepasang pria dan wanita yang sudah tak muda lagi—Bobbi yang misterius dan kaku ternyata sanggup membuat hati Naira tak karuan.
Ketika cerita bergulir makin dalam, ketika rahasia hati terungkap satu-persatu, ketika Naira akhirnya mengetahui perasaan-perasaan terpendam Aidan, Ami dan Bobbi, pada siapa Naira akhirnya akan melabuhkan hati?

--------------

Setelah membaca Dangerous Love karya Christina Tirta, saya jadi bersemangat membaca karya-karyanya yang lain, dan kebetulan ketika suami pulang dan membawakan novel ini, nggak perlu waktu lama bagi saya untuk langsung melahapnya. Apalagi novelnya tipis, bisa habis dalam sekali baca.

Love Is The End bertutur menggunakan POV orang pertama yaitu Naira. Dengan alur maju mundur, cerita mengalir dengan cepat. Yah, mungkin karena keterbatasan halaman juga, makanya Naira langsung berhadapan dengan konflik demi konflik.
Temanya yang menitik pada melepaskan diri dari obsesi memang bukan hal baru, tapi cara Christina bertutur benar-benar enak untuk dinikmati. Diksinya menuntun saya terjerumus dalam pusaran romantisme Naira yang norak.
Saya merasakan kontrasnya hubungan Naira-Aidan dan Naira-Bobbi. Ini yang membuat cerita jadi sangat menarik. Emosi Naira terhadap mereka berdua terasa berbeda.

Seperti halnya novel Christina sebelumnya, novel Love Is The End ini juga diliputi kemisteriusan. Meski petunjuk sudah disebar, tetap saja kejutan yang disajikan penulis membuat saya terkesan. Sangat terkesan pada twistnya dan pada endingnya yang soooo romantic. Meskipun bagian ending ini menurut saya polanya tetap sama seperti ending Dangerous Love.

Ketika pertama kali membaca deskripsi tokoh Aidan saya langsung terpikir lirik lagu Base Jam yang 'Hujan Tanpa Awan'. Iya, si Aidan ini mirip banget sama lirik reff lagu itu. Menghilang tanpa kata dan kembali bagai hujan tanpa awan. Tapi kalau dalam kasus Naira, Aidan bukan bawa hujan tapi bawa badai!
Padahal dari awal saya udah punya feeling kalau Aidan suka sama Naira. Tindak-tanduk dan gesturenya itu kelihatan. Chemistry antara Aidan dan Naira ketika SMA dan kuliah bagi saya terasa lebih manis dibanding di masa kini ketika mereka ketemu lagi.
Saya sukaaa banget sama karakter Bobbi. Jutek abis! Yang saya suka, karakter kakunya bertahan sampai akhir cerita, dan nggak berubah mentang-mentang udah merasakan cinta. Proses mencairnya hubungan Naira dan Bobbi juga terasa perlahan tapi pasti. Intinya, Bobbi nggak kehilangan jati dirinya, bahkan saat suasana romantis pun karakter kakunya masih bertahan.
Naira sebagai perempuan yang masih menyimpan obsesi saya rasa nggak terlalu menyedihkan. Dia malah terasa kuat dan bisa menerima kenyataan dengan tegar.

Yang kurang sreg bagi saya mungkin hanya penggalan-penggalan lirik lagu yang digunakan untuk memperkuat perasaan si tokoh. Untuk Love Is The End dan Creep sih masih oke, tapi tiba di lagu Ingat Kamu, kalau saya tanpa ditulis liriknya pun sudah paham dengan yang dimaksud. Hehe....

Beberapa typo dalam novel ini:

* "Gue juga suka fotografi. Keberatan nggak, ngasih aku beberapa tip dan trik?" --> "Gue juga suka fotografi. Keberatan nggak, ngasih gue beberapa tip dan trik?" (hlm. 49)
* tanyanya --> tanyaku (hlm. 163)

Love Is The End memberi saya kisah manis semanis covernya. Ini bukan hanya kisah tentang menuntaskan obsesi tapi juga kisah tentang melepaskan diri dari rasa takut. Bahwa cinta betapapun noraknya, harus dinikmati tanpa rasa takut.

TEBAR-TEBAR QUOTE

Hilang harapan. Putus cinta. Apa semua itu lebih menyakitkan daripada terombang-ambing dalam gelombang ketidakpastian? (hlm. 38)

Be with a guy who ruins your lipstick, not your mascara. (hlm. 56)

"Apabila suatu saat kalian mengalami hari yang buruk, jangan menyerah. Jangan jadikan alasan untuk menyakiti satu sama lain. Bicarakan semuanya. Jangan takut bertengkar. Tapi selalu ingat untuk memaafkan. Jaga kata-kata dan sikapmu. Manusia nggak ada yang sempurna. Jangan cuma ingat keburukan pasangan, tapi selalu ingat kebaikannya." (hlm. 85)

"Hubungan percintaan yang dilandasi air mata orang lain, fondasinya bakal cepet bobrok." (hlm. 119)

"Cinta itu seperti nasi panas dan sambal. Saling melengkapi. Pernah makan sambal tok nggak pake apa-apa? Atau makan nasi doang? Nggak enak, kan? Memang, ada beberapa orang yang suka makan nasi tanpa apa-apa. Sama juga dengan sebagian orang merasa cukup mencintai tanpa perlu dicintai. Tapi bagi saya itu nggak cukup." (hlm. 136)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon