Sabtu, 09 Januari 2016

[Resensi: Coppelia - Novellina A.] Sang Penari Balet yang Terluka


Judul buku: Coppelia
Penulis: Novelina A.
Editor: Ruth Priscilia Angelina
Cover: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015
Tebal buku: 192 halaman
ISBN: 978-602-03-1810-3



BLURB

Sejak kecil Oliver sudah jatuh cinta pada Nefertiti yang aneh. Tetangga depan rumah sekaligus teman sekelasnya itu tiba-tiba menghilang. Oliver ditinggalkan sebelum sempat membuat gadis itu mengingat namanya.

Sampai ke Jerman, Oliver mencari cinta pertamanya. Hingga akhirnya mereka bertemu. Tetapi, keadaan telah berubah. Nefertiti bukan lagi gadis yang dulu. Penari balet itu terluka sangat dalam dan menganggap cinta sebagai rasa asing yang terlalu mewah untuk ia miliki.

Akankah cinta menemukan jalannya, atau Nefertiti tidak akan dapat meloloskan diri dari masa lalunya yang begitu dingin... sedingin kisah boneka Coppelia yang begitu dicintai ibunya.


RESENSI

Lahir sebagai putri pasangan pelukis dan arsitek, Nefertiti begitu tertekan karena diharapkan memiliki bakat seni seperti orangtuanya. Sayangnya ia tak punya bakat melukis seperti ibunya. Nefertiti kecil terluka karena merasa telah mengecewakan sang ibu. Maka ketika ibunya menjaga jarak ia pun melakukan hal yang sama. Ia diam dan menutup diri.
Ketika ia merasa jatuh cinta pada seni gerak, orangtuanya memasukkannya ke sanggar balet. Harapan mulai tumbuh kembali. Sayang ketika pentas Odette, Nefertiti hanya mendapat peran sebagai Odile. Nefertiti kembali melihat kekecewaan ibunya. Satu-satunya pegangan Nefertiti hanyalah sahabatnya, Mia, gadis bisu dan keterbelakangan mental yang tinggal di perkampungan di belakang rumah Nefertiti.

Di sisi lain ada Oliver yang telah memendam perasaan pada Nefertiti sejak lama. Meski di SMA mereka adalah teman sekelas, tapi Oliver tak pernah mampu mengajak Nefertiti bicara. Hingga Oliver mengambil kuliah di Jerman itu pun demi melacak jejak Nefertiti yang menghilang.

Ketika mereka bertemu kembali, masihkah perasaan Oliver tetap sama? Mengapa Nefertiti terlihat makin terluka? Akankah Nefertiti berdamai dengan harapan-harapan ibunya?

------------

Bagi saya Coppelia hanya mengingatkan saya pada satu hal: Coppelia no Hitsugi. Lagu pembuka anime "Noir". Itu pertama kalinya saya mendengar tentang Coppelia dan akhirnya mencari tahu maknanya. Coppelia, sang boneka buatan Dr. Coppelius yang selalu duduk di jendela dan menarik perhatian Frans, hingga Frans melupakan tunangannya, Swanhilde. Dan kini... saya bertemu dan terpukau lagi dengan Coppelia saat membaca novel ini.

Coppelia diceritakan dengan sudut pandang orang pertama, secara bergantian antara Nefertiti dan Oliver. Saya bisa merasakan perbedaan 'suara' mereka. 'Aku' milik Nefertiti terasa dark, skeptis dan membenci siapa pun termasuk dirinya sendiri. Sementara 'aku' milik Oliver terasa dewasa, optimis dan lepas terutama saat bersama Erlando.

Coppelia diceritakan dengan alur maju mundur. Plotnya rapi dan kisahnya menarik diikuti. Semua dikupas selapis demi selapis sampai nggak terasa sudah tiba di akhir kisah.

Karakter dalam Coppelia sungguh kuat dan bulat. Keinginan Nefertiti yang begitu besar untuk menyenangkan sang ibu dan kekecewaan yang dirasakannya pada dirinya sendiri hingga membentuk pribadinya yang tertutup. Saya bisa paham mengapa ia akhirnya bisa dekat dengan Mia. Keinginan dalam dirinya untuk diselamatkan dan dibawa ke tempat yang ceria bukan hanya tersampaikan ke Oliver saja tapi juga sampai menyentuh saya. Hiks.

Saya suka dengan Oliver yang bisa terus mencintai dan seperti orang gila karena hanya mengejar jejak. Bahkan hanya jejak samar Nefertiti. Kecanggungannya berhadapan dengan gadis yang disuka itu manis banget. Hmm... saya juga suka interaksi dan cara bicaranya dengan Erlando dan orangtuanya. Terasa santai dan hangat.

Penggambaran settingnya rapi dan mendetail. Baik ketika di Yunani maupun di Jerman bukan hanya setting ruang saja tapi suasananya pun diceritakan dengan jelas. Seolah saya benar-benar sedang ada di sana membuntuti Nefertiti dan Oliver.

Bagi saya Coppelia berasa menyoroti hubungan ibu dan anak yang selamanya nggak hanya berlimpah kehangatan dan kasih sayang. Ada ibu yang sulit mengekspresikan kasih sayangnya pada sang anak. Saya tahu, nggak semua ibu suka menyentuh, memeluk dan bicara panjang lebar dengan anak. Ada ibu yang terkesan dingin walau sebenarnya hatinya berlimpah rasa sayang. Demikian juga dengan ibu Nefertiti. Ada anak yang dengan cuek menerimanya dan nggak terlalu berharap tapi sayangnya ada anak semacam Nefertiti yang begitu ingin diakui, begitu ingin dipuji, begitu ingin dicintai.
Coppelia benar-benar menyoroti hubungan ini dengan tepat dan apik.

Mengenai ending, saya cukup terkesan. Memangnya apalagi yang bisa saya harapkan dari hubungan yang dingin? Seandainya ada perubahan sifat hingga 180 derajat justru saya akan mengerenyit heran dan menganggapnya nggak nyata. Sama saja dengan fiksi-fiksi lain yang menuntut perubahan drastis tokohnya. Tapi Coppelia memang berbeda. Coppelia terasa nyata. Dengan ending yang realistis tapi manis.

Secara keseluruhan, saya suka novel ini. Dark romance yang berakhir dengan ending yang pas. Love it! :)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon