Selasa, 02 Februari 2016

[Resensi: Scarlet - Marissa Meyer] Si Kerudung Merah dan Sang Serigala


Judul buku: Scarlet
Series: Lunar Chronicles #2
Penulis: Marissa Meyer
Penerbit: Square Fish
Tahun terbit: 2014
Jumlah halaman: 512 halaman
ISBN: 978-1-250-03763-3
Book available at: bukupedia.com



BLURB

Cinder, the cyborg mechanic, returns in the second thrilling installment of the bestselling Lunar Chronicles. She’s trying to break out of prison—even though if she succeeds, she’ll be the Commonwealth’s most wanted fugitive. 

Halfway around the world, Scarlet Benoit’s grandmother is missing. It turns out there are many things Scarlet doesn’t know about her grandmother or the grave danger she has lived in her whole life. When Scarlet encounters Wolf, a street fighter who may have information as to her grandmother’s whereabouts, she is loath to trust this stranger, but is inexplicably drawn to him, and he to her. As Scarlet and Wolf unravel one mystery, they encounter another when they meet Cinder. Now, all of them must stay one step ahead of the vicious Lunar Queen Levana, who will do anything for the handsome Prince Kai to become her husband, her king, her prisoner.


RESENSI

Scarlet Benoit kesal bukan main saat mendapat pesan dari Departemen Orang Hilang Kepolisian Toulouse yang menyatakan kasus hilangnya neneknya, Michelle Benoit, ditutup. Padahal neneknya telah hilang selama dua minggu. Hanya karena orang-orang menganggap neneknya eksentrik, kepolisian menganggap neneknya sengaja menghilang.
Kemarahan Scarlet memuncak saat tengah mengantarkan hasil pertaniannya ke kedai, orang-orang di sana yang menonton penangkapan Cinder di pesta dansa Persemakmuran Timur mengolok-ngolok gadis itu. Scarlet geram karena ia merasa mereka terlalu memojokkan seorang gadis yang baru berusia 16 tahun. Di tengah keributan itulah Scarlet mendapat pertolongan dari Wolf, seorang petarung jalanan.
Sepulanngnya ke rumah, Scarlet syok melihat ayahnya mengacak-acak rumah mereka mencari rahasia apa yang disembunyikan sang nenek. Rupanya sang ayah telah ditangkap orang-orang yang juga telah menculik neneknya. Orang-orang yang memiliki tato sederet huruf dan angka. Huruf LSOP. Tato yang dimiliki Wolf.
Bertekad mencari neneknya, Scarlet mendatangi Wolf. Benarkah Wolf yang telah menculik nenek Scarlet dan menyiksa ayah Scarlet? Apa yang disembunyikan pria itu?

Di belahan bumi yang lain, Cinder sedang berusaha melarikan diri dari penjara. Tanpa sengaja ia masuk ke sel Carswel Thorne, mantan kadet tentara Republik Amerika. Bersama-sama mereka bekerja sama meloloskan diri.
Meski belum sepenuhnya tahu apa yang harus ia lakukan, dan meski dokter Erland telah menyuruhnya untuk datang ke Afrika segera setelah ia lolos, Cinder masih ingin menyelidiki masa lalunya.
Berbekal informasi yang didapatnya dari android milik Kaisar Kaito, Cinder dan Thorne menuju ke Prancis, untuk menemui seseorang yang ia anggap tahu akan asal-usulnya.

Dua orang gadis, dari belahan bumi yang berbeda, memiliki misinya sendiri-sendiri, memiliki dongengnya sendiri. Akankah kisah mereka memiliki ujung temu? Apa yang akan dilakukan Ratu Levana saat tahu Cinder kabur? Dan bagaimana usaha Kaito menyelamatkan bumi dari amukan kemarahan Levana?

-----------

Scarlet merupakan buku kedua dari seri Lunar Chronicles, setelah membaca Cinder dengan endingnya yang setengah mati bikin penasaran, Scarlet memberi kisah yang semakin seru dan menegangkan.
Semoga resensi ini nggak terlalu berspoiler ria tentang apa yang terjadi di buku pertama. ^^

Scarlet sendiri merupakan remake dari dongeng Si Kerudung Merah. Ada beberapa hal dalam Scarlet yang sangat khas dari dongeng tersebut. Seperti kerudung merah Scarlet, serigala yang berbulu domba (atau sebenarnya domba yang berbulu serigala), juga mengenai sang nenek.

Setting waktunya masih sama dengan Cinder yaitu di Third Era, masa setelah perang dunia keempat, namun setting tempatnya kali ini ada di Prancis, Federasi Eropa.

Ceritanya mengalir lambat dan detail banget. Konstruksi dystopianya kental dan seolah-olah memang nyata. Saya suka bagaimana Marissa membagi porsi petualangan dua heroine ini dengan latar kisah yang berbeda. Saya asyik mengikuti kelanjutan cerita Cinder tapi juga menikmati kisah baru yang nggak kalah seru dan lebih.... romantis.
Yap. Scarlet lebih terang-terangan dalam hal romansa, mungkin karena usianya lebih tua dari Cinder dan mungkin karena Wolf memang terlalu memesona. Oke fix, bye Emperor Kaito, saya lebih suka Wolf ternyata. Haha~
Yaa gimana ya, serigala itu favorit saya. Garang tapi juga pemalu. Kyaaa *heboh fangirling*

Saya juga lebih suka Scarlet, karena Scarlet cenderung berani dan pengambil risiko. Nggak sepemalu Cinder. Mungkin karena latar belakangnya tumbuh dicintai sang nenek dan punya teladan yang kuat. Berbeda dengan Cinder yang dibesarkan oleh ibu angkat yang menganggapnya sebagai beban.

Hmm~ karena saya baca versi aslinya saya baru tahu kalau tato Wolf ternyata juga diterjemahin dalam novel terjemahannya. Tato Wolf yang asli bertuliskan LSOP962 namun di terjemahan yang akan diterbitkan Penerbit Spring tato Wolf menjadi TSOK962. Mungkin karena menyesuaikan penerjemahan singkatannya ya?

Secara keseluruhan saya suka novel ini. Petualangan dan pertarungannya lebih seru. Tentunya karena mulai ada Wolf dan Thorne yang memang tipe petarung. Kalau di Cinder kan nggak mungkin Kaito jotos-jotosan. Hanya saja bagi penggemar Kaito harus menelan kecewa karena Kaito cuma muncul sebentar-sebentar.
Let's see, apa yang akan terjadi di novel Lunar Chronicles berikutnya: Cress? ;)

2 komentar:

Ika Kartika Utomo mengatakan...

Silahkan ambil saja Wolf untukmu mbak Ina, saya puas dengan Emperor Kaito saja, wkwkwk :D

Kendengpanali.blogspot.com mengatakan...

Wolf untukku Kaito untukmu 😂😂

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon