Pages

Rabu, 03 Februari 2016

[Resensi: Wheels and Heels - Irene Dyah] Ketika Cinta Menyingkap yang Ada Di Balik Roda dan Sepatu Hak Tinggi


Judul buku: Wheels and Heels
Penulis: Irene Dyah Respati
Editor: Pradita Seti Rahayu
Penerbit: Elex Media Kompitindo
Tahun terbit: 2015
Tebal buku: 310 halaman
ISBN: 978-602-02-7547-5
Book available at: Bukupedia.com



BLURB

Pangeran memalsukan citra saat bertemu Cinderella di belantara
Cinderella memalsukan busana saat berdansa dengan Pangeran di Istana
Dan toh, mereka bahagia selamanya


Abhilaasha tak bisa lepas dari gaun mewah, high heels, dan dunia gemerlapnya. Sedangkan, Aidan selalu lekat dengan kemeja aneh, serbakaku, dan dunia otomotifnya.

Dua dunia berbeda itu mempertemukan Abby dan Aidan.

Mereka berperan, berpura-pura, beradu dalam rahasia.

Ketika kejujuran ditunjukkan oleh masing-masing pemeran, apakah semua akan tetap sama?


RESENSI

Abhilaasha atau yang biasa dipanggil Abby dari luar tampak seperti gadis glamour. Betapa tidak, dengan kaki jenjang, wajah cantik dan tubuh sempurna, Abby seolah begitu nyaman bekerja sebagai usher dan talent.
Ketika menjalani pelatihan produk untuk motor show, Abby bertemu dengan Aidan, sang trainer yang kaku dan serius tapi berulang kali tertangkap mata sedang memelototi kaki Abby!
Entah mengapa Aidan gampang memerah dan tak mau memandang wajah Abby, berulang kali Aidan lebih suka menatap langit-langit ruangan ataupun kaleng kerupuk daripada menatap Abby. Hingga niat iseng Abby muncul karenanya.
Satu pertemuan disusul pertemuan yang lain. Lama-lama Abby menyadari betapa Aidan sangat misterius. Kadang pria itu tampak malu-malu dan grogi, tapi terkadang tampak berseri-seri mendekati Abby, lain kali begitu serius dan kebanyakan waktu selera humornya garing parah.
Tapi mereka masing-masing punya rahasia sendiri. Jati diri yang mereka selubungi. Latar belakang Abby. Latar belakang Aidan. Semua tak seperti apa yang terlihat dari luar.
Abby pun lalu merasa ada jurang yang memisahkan mereka. Akankah mereka bisa membangun jembatan di atasnya atau malah memperlebar jarak jurang mereka? Ataukah sebenarnya jurang itu hanyalah sebuah ilusi saja?

-------------

Wheels and Heels. Judulnya matching ya. Hehe~ Seperti yang kita tahu, mobil dan wanita memang nggak bisa dipisahkan. Di setiap pameran mobil terutama mobil mewah, pasti ada wanita-wanita cantik yang mengobral senyum padahal setengah mati tersiksa dengan high heels yang mereka pakai.
Wanita-wanita yang seolah cuek saja ditatap judes sama ibu-ibu rese atau dipelototin mata-mata pria nakal yang minta diculek.

Yah inilah yang coba diungkap novel Wheels and Heels. Abby sangat mewakili para usher dan talent yang kadang harus pasrah ditatap sinis karena profesi mereka tapi dipuja para fotografer dan kamera.
Saya suka banget ide profesinya yang fresh dan juga sifat yang ditanamkan pada para tokohnya.

Wheels and Heels diceritakan menggunakan POV orang pertama dari sudut pandang Abby. Plotnya rapi dan ceritanya mengalir dengan begitu alami. Naik-turunnya hubungan Abby dan Aidan benar-benar bikin gemas.

Saya suka banget karakter-karakter dalam novel ini. Saling bertolak belakang dan kontras banget. Abby rada-rada konyol. Kadang. Cewek cantik memang rata-rata pede ya, langsung ngerasa kalau ada cowok yang merhatiin. Untung bukan cuma kege-eran. Haha. Saya suka karena dia punya prinsip. Dan lumayan drama juga. Haha~
Nicolette lebih asyik lagi. Blak-blakan, ketus, sinis tapi perhatian banget. Sahabat yang nggak sungkan-sungkan ngomong kalau Abby salah, yang berani mengkritik tapi perhatian nggak ketulungan.
Dan Aidan... ya ampuuun, ngegemesin gilak! Ada ya pria mapan, ganteng dan pintar tapi malu-malu sama wanita. Dan selera humornya yang parah itu... duh Aidan beneran harus sering-sering diseret nonton standup comedy.

Hal yang suka dari Irene Dyah adalah caranya membangun emosi yang kuat antar tokoh. Interaksi antar tokohnya selalu asyik dan chemistry-nya terasa kental. Hubungan tokohnya selalu cair bahkan dengan karakter yang kaku dan serius. Dialognya terasa hidup bahkan meski dengan kalimat baku.

Konflik Wheels and Heels bisa saya bilang masih terlalu ringan. Saya kira konflik di Tambora itu bakal jadi konflik yang menajam, dan sempat berpikir kok konfliknya klise begini. Tapi oh tapi, ternyata ini konflik yang mudah diselesaikan dan menjadi twist yang melegakan.

Covernya polos-polos unyu deh. Simple, dan warna mobil sama high heelsnya kontras dengan warna latar dan judul. Manis, tapi masih kurang mengundang bagi saya.
Di bagian dalam, gambar bunga matahari langsung menangkap perhatian saya. Cantik. Dan saya suka bagaimana di awal bab selalu diawali dengan status update-an facebook Abby. Lucu-lucu. Dan kini, setiap melihat milo saya pasti akan ketawa karena teringat Abby dan Aidan. Duh.

Akhirnya saya simpulkan saya sukaaaa novel ini. Saya suka gaya bertutur Irene dan nggak akan mikir dua kali buat baca karya-karya beliau berikutnya. Saya rekomendasikan novel ini buat kalian yang suka novel ringan dengan karakter yang nggak keberatan untuk terlihat konyol dan bodoh di depan pembacanya. Saya saja dibuat menangis dua kali dan ngekek ribuan kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar