Kamis, 09 Juni 2016

[Resensi: Simple Thing Called Love - Anna Triana] Memburu Konser Sang Idola

Judul buku: Simple Thing Called Love
Penulis: Anna Triana
Editor: Pradita Seti Rahayu
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: Februari 2015
Tebal buku: 280 halaman
ISBN: 978-602-02-5781-5



BLURB

Cinta itu (harusnya) sederhana. Seperti rasa yang ada di hati Dee-Dee untuk Dido. Juga yang ada di hati Kano buat Dee-Dee. Tapi, semua rumit karena keadaan. 

Cinta Dee-Dee tak lagi sederhana karena Dido milik semua cewek remaja. Dido adalah drummer rupawan dari band papan atas, The Cliff. Yang ada di hati Kano pun rumit karena label sahabat melekat pada Dee-Dee dan Kano. Persahabatan yang dibangun di atas permusuhan juga kesamaan selera musik. 

Bagaimana Dee-Dee, Dido, juga Kano menyederhanakan keadaan? Benarkah cinta memang sederhana?


RESENSI

Mulanya Dee-Dee dan Kano adalah musuh bebuyutan yang pertengkarannya sudah melebihi level tom and jerry. Namun di SMA permusuhan itu mencair gara-gara musik. Setelah tahu selera musik mereka kurang lebih sama, mereka pun menjalin persahabatan yang kompak.
Ketika band favorit Dee-Dee, The Cliff, mengeluarkan album baru dan menggelar konser di beberapa kota, Dee-Dee pun dengan semangat berniat menonton konser itu. Segala upaya ia kerahkan untuk merayu orangtuanya agar memberi izin, merayu Kano agar mau menemani dan jungkir balik memburu tiket. Sayangnya setelah perjuangan berat yang Dee-Dee lakukan, konser dibatalkan karena Jakarta tidak aman.
Merasa penasaran, Dee-Dee lantas memburu kota lain tempat The Cliff menggelar konser. Lagi-lagi Dee-Dee ngotot merayu Kano agar membantunya, bahkan rela berbohong. Tapi rupanya tiga kali berusaha, Dee-Dee belum juga berjodoh untuk menonton Dido, drummer The Cliff yang menjadi pujaan hatinya.
Namun kejutan datang ketika Dee-Dee berhasil memenangkan undian liburan ke Australia, tanpa sengaja di sana ia beetemu Dido.
Akankah Dee-Dee berhasil menyaksikan konser The Cliff? Apakah kedekatannya dengan Dido akan merusak persahabatannya dengan Kano? Dan benarkah persahabatan Dee-Dee dan Kano murni hanya sebatas sahabat?

********

Ini karya Anna Triana yang pertama saya baca. Sebagai perkenalan, novel ini lumayan sesuai selera saya. Saya tadinya berpikir ini hanya kisah cinta-cintaan segitiga dengan idola dan sahabat. Yaaa... kurang lebih sih begitu, tapi bumbu kekonyolannya membantu cerita klise ini jadi kisah yang super menarik.

Dari pandangan pertama saya suka dengan kavernya yang sederhana dan konsepnya yang unyu. Ditambah ilustrasi di awal bab dan layout di dalam novel juga cantik, bikin betah bacanya.

Diceritakan dengan POV orang ketiga novel ini mengambil berbagai setting tempat; Jakarta, Bandung, Bali, Australia. Cukup seru mengikuti usaha Dee-Dee untuk menonton The Cliff. Mungkin seperti itulah fans yang cinta mati ya? Karena saya sendiri kalau nggak bisa nonton konser ya udah, kayak nggak bakal ada kesempatan lagi aja. Toh artis lokal, bukan artis luar negeri yang datang konser di Indonesia bisa dua puluh tahun sekali. Makanya saya sampai geleng-geleng kepala dengan kengototan Dee-Dee dan makin geleng-geleng lagi melihat kemeranaannya. Drama banget.
Yah mungkin itulah yang nggak saya suka dari Dee-Dee... terlalu drama. Dan cukup aneh juga Dee-Dee nggak punya rasa sungkan sama sekali dengan Dido di awal-awal pertemuan mereka.
Interaksi Dee-Dee dan Dido sama saja dengan interaksi Dee-Dee dan Kano. Bahkan cara bicara Dido dan Kano juga nggak terasa perbedaannya. Sama-sama cablak, gaya bercandanya juga mirip. Paling gestur Kano saja yang sering diimbuhi dengan gaya dingin. Tapi bagi saya, Dido dan Kano masih punya "suara" yang senada.

Tapi saya akui dialog-dialognya begitu segar dan kocak. Khas anak SMA yang lagi cablak-cablaknya. Chemistry-nya asyik dan seru. Kelihatan banget persahabatan mereka benar-benar kompak dan tulus. Gaya berceritanya juga mengalir dan enak diikuti. Deskripsi tempat-tempatnya pun mendetail dan rapi.

Hanya saja sepertinya penyelesaian konfliknya seolah agak terburu-buru. Kurang mengena dan kurang natural. Manisnya masih nanggung. Atau mungkin karena ada satu hati yang harus kecewa ya jadinya saya merasa kurang lengkap happy endingnya. Karena entah kenapa epilognya pun masih nggak bisa mengobati kekecewaan saya pada satu hati yang terluka itu. Hiks...
So mungkinkah Anna Triana akan membuat cerita yang beneran happy ending buat si cowok yang terluka ini?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon