Rabu, 17 Agustus 2016

[Resensi] The Espressologist - Kristina Springer

Judul buku: The Espressologist
Penulis: Kristina Springer
Penerjemah: I Gusti Nyoman Ayu Sukerti
Penyunting: Rina Wulandari
Penyelaras aksara: Ananta
Desainer sampul: cddc
Penerbit: Noura Books
Tahun terbit: Juli 2015
ISBN: 978-602-0989-99-0




BLURB

Aku Jane Turner, seorang barista. Sekarang aku lebih dikenal sebagai Espressologist—orang yang bisa menjodohkan orang lain sesuai dengan kopi favorit mereka. Semua orang di kota membicarakanku, mereka yang belum punya pasangan datang padaku, dan tiga host TV ternama mewawancaraiku. Keren, kan?

Semua orang yang datang padaku akan segera mendapatkan pasangan. Aku jamin 100%.

Lalu, bagaimana denganku? Apa aku sudah punya pasangan?

Sayangnya, belum. Tapi, setidaknya sekarang aku sudah menemukan targetku—cowok keren dan baik hati yang jadi pelanggan nomor satuku. Yah, walaupun kopinya bukan jodoh kopiku, kurasa aku bisa melakukan sedikit penyesuaian dengan kopi favoritku. Rencanaku ini pasti berhasil. Dan, kuharap keberuntungan biji kopi berpihak padaku.

RESENSI

Sudah tiga bulan terakhir, Jane Turner mulai mengamati tamu yang datang ke Wired Joe's, sebuah kedai kopi lokal tempatnya bekerja. Ia selalu membuat catatan tentang jenis kopi yang dipesan oleh pengunjung dan sifat mereka. Hingga ia bisa menebak kopi apa yang akan dipesan bahkan sebelum si pengunjung mengucapkannya. Bermodalkan bakat dan catatannya, ia menjodohkan dua orang pengunjung, Gavin dan Simone. Dan berhasil. Jane pun mulai menjodohkan pasangan-pasangan lainnya, termasuk Cameron, teman di kelas bahasa inggrisnya, dengan sahabat Jane, Em.
Saat Derek, manajernya, mengetahui kemampuan Jane, ia pun membuat acara khusus setiap hari Jumat. Hari di mana Jane akan membantu pengunjung untuk menemukan jodohnya. Event itu sukses besar. Dan kini Jane bersiap menjodohkan pria favoritnya, Will, untuk dirinya sendiri. Meski kopi favorit mereka tidak cocok. Dan meski ia semakin cemburu melihat kedekatan Cam dan Em.

----------------------------

Pernah terbayang kopi bisa mewujudkan cinta sejati? Kalau belum, novel The Espressologist ini akan mewujudkannya. Espressologist sendiri adalah istilah yang dibuat oleh karakter utama novel ini yang merupakan seorang barista dan punya naluri kuat untuk menebak kopi favorit para tamu dan kemudian menganalisis kepribadian mereka dari kopi pilihan tersebut.

Saya suka dengan ide cerita novel ini. Karena saya pencinta kopi (walau kopi sasetan) dan suka takjub pada para peracik kopi. Sayang jalan ceritanya cenderung datar, nggak ada konflik yang menukik tajam. Jangankan menukik, menanjak saja enggak. Memang ada permusuhan yang nggak jelas alasannya dari Mellisa, tapi itu pun hanya sekedar sindiran-sindiran sinis Mellisa saat datang berkunjung ke kedai kopi. Padahal mungkin ini bisa digali, apa alasan dia nggak suka pada Jane, sedikit kekacauan bisa bikin cerita lebih menarik.

Karakternya cukup menyenangkan. Jane sepertinya pintar dan berbakat. Haha... saya sendiri bingung. Dia bisa menganalisis orang dan kopi kesukaannya, tapi hanya itu yang tampak nyata. Karena dia diceritakan ingin kuliah fashion tapi dia nggak kelihatan tertarik dengan fashion. Dia nggak berisik soal fashion dan dia juga nggak berpenampilan layaknya orang yang tergila-gila pada fashion. Jadi itu seperti tempelan saja supaya kelihatan Jane punya cita-cita. Yaah punya cita-cita tapi tanpa passion. Penulis tampaknya mengabaikan detail itu dan lebih terfokus pada bakat makcomblang Jane. Kenapa Jane nggak dibuat bercita-cita di bidang seni kopi saja supaya lebih nyambung dan nggak bikin saya sebagai pembaca merasa Jane nggak mampu untuk kuliah fashion.
Tapi Jane cukup berani juga sebenarnya. Bagus banget waktu dia membalas telak sindiran Mellisa. Kalau dia menempatkan diri sebagai orang yang mudah dibully, selamanya dia akan dibully. Sekali-kali Jane memang harus bersikap tegas dan berani agar tidak dibully. Itu bagian paling favorit sih.

Sementara untuk karakter utama pria, saya bertanya-tanya siapa yang akan jadi dengan Jane. Apakah Will yang tengil dan tukang PHP, atau Cam yang manis dan jelas-jelas punya perhatian? Tapi upaya penulis untuk membuat cerita cinta segitiga ini masih terasa kurang greget. Interaksi Cam dan Jane nggak meyakinkan dan kurang chemistry. Ketengilan Will juga cuma tergambar dari cerita Jane dan bukan terjadi langsung di depan pembaca. Rasanya masih datar dan kurang bikin berdebar.
Saya ingin tahu juga isi biografi tentang Jane yang ditulis Cam. Sayang hanya diungkap sedikit. Padahal paragraf yang sedikit terungkap itu manis banget. Seandainya saja versi panjangnya dibaca oleh Jane. Biar makim klepek-klepek dan galau gitu. Gimana nggak galau kalau cowok potensial yang kayaknya dia suka malah dia jodohkan dengan sahabatnya sendiri. Ha.

Sisi menarik novel ini terdapat pada jenis kopi dan kepribadian yang digambarkan mewakili kopi tersebut. Banyak catatan yang dibuat Jane untuk menjelaskannya. Entah benar entah enggak tapi rasanya romantis sih.
Yang sedikit di luar nalar mungkin banyaknya orang yang berhasil Jane jodohkan. Sampai 50 lebih pasangan lho. Waaah... bisa laris KUA kalau ada orang kayak Jane gini. Wkwkk~

Yaah sebagai novel kontemporer yang tipis novel ini memang ringan dan flat. Tapi cukup menghibur dan manis untuk dinikmati. Ada banyak kopi bertebaran juga ada resep cara bikin kopi favorit para karakter dalam novel ini. Glosarium yang ada di akhir novel juga akan memperkaya pengetahuan kita.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon