Rabu, 03 Agustus 2016

[Resensi: Garden Magic - Mita Miranti] Keajaiban Tanaman Penyembuh Luka Hati

Judul buku: Garden Magic
Penulis: Mita Miranti
Editor: Fanti Gemala
Desainer kover & Ilustrasi: Rio Siswono
Penata isi: Putri Widia Novita
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: Desember 2015
Tebal buku: 202 halaman
ISBN: 9786023752829



BLURB

"Cinta itu seperti tanaman, dia hidup karena dipelihara."

Menjadi yatim piatu sungguh tak pernah terbayangkan oleh Iris. Dia juga tak mengira akan bertemu dengan pria menyebalkan, yang membuat hidupnya semakin sulit. Siapa sebenarnya pria itu? Oh, dan berapa banyak sketsa taman yang harus dia buat untuk melupakan masa lalunya? Seandainya cinta dapat menemukan jalannya sendiri, dia ingin meloloskan diri dari pedihnya rasa dikhianati. Dia ingin merasakan kembali indahnya bahagia, seindah bunga kana yang begitu dicintai ibunya.


RESENSI

Kehidupan Iris makin sepi sejak kematian kekasihnya, Aldi. Sebagai yatim piatu ia hanya tinggal dengan Mbok Narti yang sudah mengabdi pada keluarganya selama bertahun-tahun, dan anjing kesayangannya, Morries. Konsentrasinya tercurah pada Morries setelah Morries mengalami cedera karena Iris. Untuk itu Iris rutin mengantar Morries menemui dokter hewan kenalannya, Bram untuk memeriksa kesehatan Morries. Bram sendiri telah lama jatuh cinta pada Iris dan menganggap ini kesempatan baginya mendekati Iris kembali.
Iris sendiri tengah merintis usahanya sebagai perancang taman. Ia menangani klien yang menginginkan sebuah taman yang cantik dan asri. Salah satu kliennya, Bu Astari merasa puas dengan hasil kerja Iris dan menginginkan Iris untuk membuatkan taman bagi rumah baru putranya yang baru saja kembali dari Amerika.
Sayangnya, sang putera, Wira, sangat dingin dan cuek kepada Iris. Iris pun merasa kebingungan dengan sikap Wira yang seakan memusuhinya. Namun toh Iris tetap jatuh iba saat tahu Wira sakit dan berusaha membantu pria itu. Tapi tetap saja Wira masih bersikap memusuhinya.
Wira kembali ke Indonesia hanya demi memenuhi keinginan ibunya. Meski ia merasa sejak kematian adiknya, Anggi, ibunya semakin memaksakan kehendak. Tapi Wira ingin menyelidiki kematian Anggi dan pacarnya yang meninggal karena kecelakaan setahun yang lalu.
Bisakah Wira mengungkap penyebab kematian Anggi? Dan akankah Wira tetap membenci Iris?

---------------------------


Sebagai pembaca yang suka sama cover cantik, saya langsung terpikat dengan cover novel Garden Magic ini. Sederhana, kalem dan kesannya nampak melow. Dan karena saya lemah terhadap cover cantik, saya pun memutuskan membaca novel ini. Penasaran apakah isi ceritanya secantik covernya.

Garden Magic bersetting di Jakarta, dan menggunakan POV orang ketiga. Jalan cerita lumayan lambat dan lebih banyak diungkap melalui narasi dan deskripsi. Banyak hal yang bahkan sebenarnya nggak terlalu penting pun dideskripsikan, seperti misalnya jajaran ruko di dekat perumahan hingga interior toko pun dideskripsikan secara mendetail. Padahal sebenarnya tidak ada pengaruh apa pun terhadap jalan cerita atau adegan.
Beberapa adegan nggak penting pun cukup sering terjadi. Saat Iris bersepeda mencari obat dan hampir terserempet sepeda motor hingga menyebabkan kemacetan, misalnya. Jika adegan itu dihilangkan pun nggak akan mempengaruhi jalan cerita, kecuali jika kejadian itu menyebabkan Iris jadi kesal lalu meledak marah atau jadi terlambat lalu dimarahi Wira. Tapi enggak. Saya sampai bertanya-tanya, untuk tujuan apa adegan itu ditulis.

Bisa dibilang hampir separuh kisah berjalan dengan flat. Seandainya ada misteri, saya nggak merasa berdebar-debar. Penasaran sih iya, tapi nggak sampai deg-degan.
Ide konfliknya sebenarnya favorit saya, tentang balas dendam si cowok sementara ceweknya innocent. Hanya saja cara bertutur Mita Miranti masih cenderung datar dan penokohannya kurang kuat. Wira disebutkan membenci Iris, tapi kurang terasa dalamnya. Seolah cuma mengambang saja. Nggak sampai benci ke ubun-ubun. Dan ketika dia mulai goyah pun nggak jelas juga alasannya kenapa. Semua serba tanggung.
Dialog yang diucapkan tokoh-tokohnya mengalir namun masih terasa datar. Hanya saja saya nggak begitu sreg dengan dialog campur-campur antara bahasa jawa dan bahasa indonesia. Serasa kayak lagi nonton FTV jadinya. Saya pikir kalau memang mau menekankan bahwa si pembantu berasal dari daerah cukup untuk kata tertentu saja yang menggunakan bahasa jawa, misalnya "ndak" atau "yo". Atau satu kalimat sekalian pakai bahasa jawa dan nanti diberi artinya di catatan kaki. Chemistry antar tokohnya juga terasa masih kurang dalam. Masih banyak hal yang tiba-tiba. Tiba-tiba suka, tiba-tiba cemburu, tiba-tiba penasaran, dan semua tanpa alasan atau sebab yang jelas.

Ada dua hal yang menjadi sorotan dalam novel ini, tentang bunga dan anjing. Rasa cinta Iris terhadap tanaman terwujud dalam pekerjaannya, dan ada filosofi tentang bunga kana yang menjadi pegangan hidupnya. Sayangnya di bagian ini masih kurang tergali, beberapa istilah tanam-menanamnya masih istilah umum yang diketahui awam. Sementara sebagai dog lover, kisah mereka dalam isu penyelamatan anjing bisa diacungi jempol. Juga dedikasi Bram dan alasan mengapa ia memilih menjadi dokter hewan benar-benar keren. Saya sebenarnya suka melihat kebersamaan mereka terutama saat ada Morries, anjing milik Iris. Awalnya saya kira Bram bakal serius mengejar, toh Aldi sudah meninggal. Pasti konfliknya semakin seru dan tambah greget.

Penyelesaian konfliknya masih kurang nendang. Cukup seru memang, apalagi bagian perkelahian dan penggerebekan. Namun pada akhirnya ada banyak pertanyaan yang tak terjawab. Sayang karena bagi saya premis cerita ini sungguh menjanjikan seandainya perasaan tokohnya digali lebih dalam dan eksekusinya lebih berani.

Tapi overall, Garden Magic adalah novel yang cukup menghibur. Terasa hangat apalagi bagi para pencinta tanaman dan pencinta anjing. Novel yang ringan untuk dinikmati sambil santai.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon