Pages

Selasa, 13 September 2016

[Resensi] San Francisco - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Judul buku: San Francisco
Penulis: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Editor: Septi Ws
Desainer sampul: Teguh
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: Juli 2016
Tebal buku: 214 halaman
ISBN: 978-602-375-592-9



BLURB

Satu-satunya yang menarik dari cowok bernama Ansel adalah badannya yang ketinggian, kegemarannya akan musik klasik, dan senar-senar harpa di ujung jarinya. Ansel bekerja di Suicide Prevention Center, bertugas mengangkat telepon, hingga akhirnya ia menemukan hal menarik yang baru: Rani—gadis dari negeri asing yang mengiris nadi setiap dua hari sekali.

Sekarang sebagian besar kehidupan Ansel berputar di sekitar Rani. Dan, Ansel bertanya-tanya apakah pertemuan mereka di Golden Gate Bridge San Fransisco adalah takdir, atau sekadar kesialan? Karena dari sini, mobil kabel yang membawa kisah mereka bisa saja menanjak terus hingga setengah jalan menuju bintang, atau justru terjebak dalam kabut di atas perairan biru dan berangin San Francisco. 


RESENSI

Malam itu adalah malam pertama kalinya Ansel menjadi relawan di Suicide Prevention Center San Francisco setelah menjalani pelatihan. Sang penelepon pertama adalah seorang perempuan yang meminta Ansel mendengarkan lagunya sampai selesai. Kemudian perempuan itu bertanya apa Ansel tahu judul lagu itu, karena jika tidak, ia akan melompat dari Golden Gate Bridge. Untunglah Ansel tahu jawabannya, dan membuat perempuan itu tak jadi melompat. Namun perempuan itu meminta Ansel berhenti bicara, karena mendengar suara Ansel membuatnya ingin kembali bunuh diri.
Beberapa malam kemudian perempuan itu menelepon lagi dan ketika Ansel bisa membujuknya untuk tidak bunuh diri, kali ini perempuan itu meminta Ansel mencatat nomor teleponnya.
Ansel sama sekali tak ada niat untuk menelepon. Karena menelepon berarti bersedia menjadi hotline pribadi. Namun satu malam buruk terjadi dan Ansel yang syok menelepon nomor itu. Mereka mulai bicara dan berjanji untuk bertemu.
Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Mengapa Rani, perempuan itu, selalu ingin bunuh diri setiap saat? Dan bagaimana reaksi Ada, pacar Ansel, saat mengetahui Ansel bertemu dengan Rani? Bagaimana pula reaksi Benji, kekasih Rani? Akankah kisah ini berujung pada kebahagiaan?

--------------------

San Francisco merupakan buku Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang kedua yang saya baca. Sejak saya dibuat terpukau oleh Ziggy di novelnya Di Tanah Lada, saya mulai menjadikannya sebagai penulis yang karyanya harus saya baca.
San Fransisco sendiri menjadi novel bertema kota-kota dunia terbitan Grasindo yang pertama kali saya baca. Meskipun sudah ada beberapa novel lain dengan judul kota dunia yang sudah terbit.

Saya mendapati gaya bertutur Ziggy yang berbeda dari Di Tanah Lada. Bukan perkara tokohnya memang beda, atau settingnya juga lain. Tapi nuansa yang menghiasi kisah ini memiliki warna dan gaya yang berbeda.
Diceritakan menggunakan sudut pandang orang ketiga, novel ini berbicara lebih banyak dari sisi Ansel. Jadi saya pun tenggelam dalam keanehan dan kekikukan Ansel. Sedikit iba tapi ada juga keinginan untuk jadi bagian dari kelompok Gretchen dan meledek Ansel. Haha...

Novel ini memiliki tokoh yang unik dan ajaib. Lupakan soal cowok ganteng, pintar, manly seperti tipikal tokoh novel pada umumnya. Di dalam San Fracisco temuilah seorang cowok biasa, bertampang dan berpenampilan seolah ingin dibully, dan suka meracau tentang musik klasik. Tapi meski begitu, saya merasa Ansel benar-benar lovely dan keren. Gak kalah sama karakter tipikal yang cakep dan sebagainya dan sebagainya. Saya anggap ini karena penokohannya begitu bulat dan kuat.

Heroinenya pun sama uniknya. Bukan yang cantik selangit atau kece badai, tapi tokoh yang lain dari yang lain. Sebagai karakter yang memiliki adult separation anxiety disorder, Rani bukannya cewek lemah. Dia justru kuat, terlihat biasa saat ngobrol, meskipun ada juga pemikiran-pemikirannya yang menunjukkan rasa depresi. Saya merasa terkoneksi dengan Rani, karena jujur... saya pun seorang yang memiliki anxiety disorder. Jadi saya benar-benar merasa Ziggy sungguh mampu menggambarkan dan membuat nyata karakter Rani.
Tokoh favorit saya tentu saja Benji. Dia benar-benar seperti jangkar yang dibutuhkan di saat-saat tergelap. Kegilaannya, kenylenehannya tapi juga bagaimana dia memperhatikan dan menghibur orang-orang dengan caranya sendiri. Benji benar-benar mirip magnet. I really love his character.

Jalan cerita San Fransisco pun seunik para tokohnya. Ini benar-benar novel yang berbeda. Rasa depresi yang ada di dalamnya, alur yang bergulir tak tertebak akan ke mana, juga banyaknya pengetahuan tentang musik klasik yang berjejalan dan membuat saya terbengong-bengong. Ada ya manusia yang begitu hapal sejarah dan latar belakang musik klasik seperti Ansel. Saya saja hafal sejarah Indonesia setelah sekolah 12 tahun lamanya. Hebat bener Ansel ini sampai bisa lancar banget menyebutkan nama dan peristiwa.
Yang juga berbeda dalam novel San Fransisco ini adalah dialog antara Ansel dan Rani yang menggunakan Bahasa Inggris, sejak pertama kali. Bukan jenis bahasa inggris campur-campur seperti dalam novel bertema metropop, tapi bahasa inggris yang sepenuhnya. Jadi nggak perlu mengerenyitkan dahi karena bahasa campur baur yang kadang aneh kalau benar-benar diucapkan.
Setting San Francisco dalam novel ini begitu rapi. Bukan hanya sekadar tempelan tapi merasuk hingga ke inti cerita. Detail latar dan suasananya melekat di jantung cerita. Dan saya suka bagaimana Ziggy mengulik tentang Golden Gate Bridge.

Yang pasti, San Francisco merupakan novel yang menawarkan kisah yang berbeda. Lagi-lagi saya terpesona oleh gaya bertutur penulis yang satu ini. Bagi kalian yang menginginkan kisah dan tokoh yang nyleneh tapi padat dan berisi, novel San Francisco ini layak banget untuk dibaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar