Rabu, 31 Agustus 2016

[Master Post] 31 Hari Berbagi Bacaan

Memasuki bulan Agustus kemarin saya tertarik ikutan tantangan 31 Hari Berbagi Bacaan yang diadakan oleh Mbak Esti dan Mbak Ila Rizky. Untuk event ini saya dan Ridyananda berpasangan untuk battle bacaan. Pemenangnya ditentukan dari siapa yang paling banyak membaca dan mereview buku selama sebulan.

Nah jadi ini dia rekapan bacaan yang berhasil saya review selama bulan Agustus ini :


Pekan pertama

One Silent Night - Sherrilyn Kenyon
Melody & Mars - Mia Arsjad
Garden Magic - Mita Miranti
The Sheik's Heir - Sharon Kendrick
Makhluk Tuhan Paling Katrok!- Netty Virgiantini


Pekan kedua

Deessert - Elsa Puspita
Giselle's Choice - Penny Jordan
Di Tanah Lada - Ziggy Z
Rahasia Audrey - RisTee
Tiga Sandera Terakhir- Brahmanto Anindito


Pekan ketiga

#CrazyLove PHP - Clara Canceriana, dkk
The Espressologist - Kristina Springer
Flip-Flop - Rido Arbain & Ratna Rara
French Pink - Prisca Primasari
Three Days to Remember - Christina Juzwar
The Proposal of Love- Mayya Adnan


Pekan keempat

Perfect Wedding - Putu Felisia, dkk
The Rebel King - Melissa James
Bermain Bersama Tini 4 - Gilbert Delahaye
Bared to You - Sylvia Day

Pekan kelima

With or Without You - Prisca Primasari


Lumayan ya? Ada 21 buku yang saya baca dan review selama Agustus ini. Butuh perjuangan banget menuntaskan event ini. Apalagi aplikasi IJakarta sempat ngadat dan bikin saya kelimpungan mau baca apa. Tapi melalui event ini semangat saya membaca balik lagi, dan lumayan menambah jumlah buku untuk reading challenge goodreads saya yang masih kurang banyak itu.

So, sebagai pemenang, saya boleh minta reward ke Ridyananda sesuai kesepakatan kami di awal. Ini juga bikin galau, tadinya saya pengin kumcer Anak Ini Mau Mengencingi Jakarta? Tapi setelah dipikir-pikir lagi, akhirnya saya memutuskan meminta Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi sebagai reward event ini. :)


Senin, 29 Agustus 2016

[Review & Giveaway] With or Without You - Prisca Primasari

Judul buku: With or Without You
Penulis: Prisca Primasari
Editor: Idha Umamah
Penyelaras aksara: Tesara Rafiantika
Penata letak: Gita Ramayudha
Desainer sampul: Lilio Muliya Printis & Agung Nugroho
Penerbit: Gagas Media
Tahun terbit: Agustus 2016
Tebal buku: 234 halaman
ISBN: 978-979-780-861-7



BLURB

Apa jadinya jika Gris, pria pengkhayal dan pelupa itu, hidup tanpa Tulip yang penyabar dan teratur? Dahulu, hal itu tak pernah terlintas di benaknya. Mereka saling menyayangi dan seakan telah ditakdirkan untuk saling melengkapi.

Namun, hidup selalu menyembunyikan sesuatu. Menjelang hari bahagia mereka, ketakutan diam-diam menyusup di hati Gris. Kecerobohannya mungkin akan membuat Tulip pergi dari hidupnya.

Gris tak pernah membayangkan itu terjadi karena selama ini keinginannya tak banyak: hanya ingin membahagiakan Tulip dan tetap bersamanya. Namun, hidup selalu punya teka-teki. Apa jadinya cinta tanpa kebersamaan? Bagaimana jika itu yang terbaik yang ditawarkan hidup kepadamu?

Keresahan menggelayuti hati Gris. Adakah kesempatan untuk mengubah akhir cerita menjadi seperti yang seharusnya?

RESENSI

Sebentar lagi Gris akan menikah dengan Tulip, tapi Gris malah mendapat masalah. Ia dipecat dari pekerjaannya karena salah membuat order. Gris sadar ia memang pelupa dan pasrah saja menerima nasibnya. Yang menjadi kegelisahannya hanya satu, menyampaikan kabar buruk ini pada Tulip.
Di saat sedang membicarakan masalah tersebut dengan Tulip, muncul seorang pria yang janggal dan misterius. Pria itu mengaku bernama Flynn dan memberikan buku Great Tales and Poems karya Edgar Allan Poe. Di dalam buku itu terselip kartu nama milik Wilhelm Beauvior.
Rasa ingin tahu Gris tergelitik, ia pun menyusuri petunjuk itu di tengah kesibukannya mencari pekerjaan baru. Petualangan yang entah ke mana akan berujung.
Siapakah Wilhelm Beauvior? Apakah Gris dapat menemukan pekerjaan baru atau justru harus membatalkan pernikahnnya dengan Tulip?

--------------------

Jangan meragukan Prisca Primasari dalam hal "mendongeng". Setiap kali saya merasa sudah merasa mengenali pola alur bertuturnya, saya menemukan lengkung pola pemikiran lain yang tertuang dalam karyanya. Kali ini melalui With or Without You, Prisca meleburkan unsur dongeng dan dunia nyata dan membuatnya menjadi kisah yang manis dan penuh teka-teki.

Setiap orang bisa saja kehilangan pekerjaannya tiba-tiba, entah karena resign, musibah atau dipecat layaknya Gris. Hal yang normal. Jamak terjadi di sekitar kita. Tapi hanya Gris seorang yang di tengah rasa gelisahnya bertemu seseorang sejanggal Flynn, dan harus memecahkan riddle yang aneh. Novel ini benar-benar menghanyutkan saya ke dunia yang janggal tapi seru dan membuat saya seolah sedang memburu kelinci di wonderland.

With or Without You menggunakan sudut pandang orang ketiga, dengan plot yang rapi. Kental dengan kesan misterius dan diksi yang luwes. Nggak kaku-kaku amat tapi tetap berciri khas Prisca. Narasi, deskripsi dan dialognya pas berimbang. Detailnya sungguh rapi dan suasananya begitu sendu. Saya suka momen setiap Gris dan Tulip bersama, mereka pasangan yang manis dan memberi aura yang tenang.

Saya suka tokoh-tokoh novel ini yang karakternya nggak sempurna. Gris pria biasa dan pelupa akut, tapi dia penyayang dan menghargai setiap orang. Tulip yang teratur menjadi karakter yang membuatnya utuh. Bagai puzzle yang menjadikan mereka satu bentuk sempurna.
Dan Flynn menebarkan warna di sekitar mereka. Saya bertanya-tanya akan seperti apa novel ini tanpa kehadiran Flynn. Dia yang menyemarakkan kisah ini, dia yang membuat suasana sendu meluruh dan membuat saya mau nggak mau tersenyum akan polah dan ucapannya. I really love Flynn. Terutama interaksinya dengan Wilhelm. Kocak dan saya nggak tahu antara pengin jedotin Flynn atau nyium dia. Hahaha...
Dan omong-omong tebakan saya tentang apa yang terjadi di kantor Gris sebelumnya ternyata tepat loh. ^^

Yang jelas novel ini sungguh manis dan menyentuh. Ada banyak cara manusia untuk mencintai, dan ada banyak cara manusia untuk menghadapi kehilangan. Tokoh-tokoh pria di sini rupanya memiliki kemiripan tentang mencintai dan dalam menghadapi kehilangan orang tercinta. Tapi seperti yang dikatakan Tulip:

"'Mencintai selamanya' tidak sama dengan menyakiti diri untuk selamanya. Mungkin Anda tidak akan pernah berhenti membuatkan kopi untuk istri Anda... Mungkin hanya itu yang bisa mengisi kekosongan di hati Anda. Tapi, bukan berarti lantas Anda lupa untuk hidup."

Well, akhirnya saya menutup buku ini dengan rasa hangat di dada. Lagi-lagi saya dibuat tergila-gila oleh karya Prisca.


*********GIVEAWAY TIME**********


Bagaimana? Sudah membaca review With or Without You di atas? Sudah merasa nggak sabar ketemu Gris, Tulip dan si ajaib Flynn?
Nah, melalui blog Nurina Mengeja Kata ini, Mbak Prisca punya satu eksemplar novel With or Without You buat kamu yang beruntung.

Caranya gampang banget kok :)

1. Peserta adalah warga negara Indonesia atau memiliki alamat pengiriman di Indonesia.
2. Follow akun twitter saya @KendengPanali dan akun @priscaprimasari
3. Bagikan link giveaway ini dengan hashtag #WithOrWithoutYou dan jangan lupa mention akun kami berdua.
4. Boleh banget kalau kalian mau follow blog ini, bisa lewat email atau GFC (optional).
5. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar dengan menyertakan Nama | alamat email | akun twitter

Gris dan Tulip menemukan kartu nama di dalam buku Great Tales and Poems yang mereka dapatkan dari Flynn.
Kamu sendiri pernahkah mengalami hal yang sama? Menemukan sesuatu di dalam buku yang kamu dapatkan atau kamu beli bekas? Ceritakan dengan singkat ya benda apa dan apa yang kamu lakukan terhadap benda itu.
Dan bagi yang belum pernah mengalami, kira-kira benda apa yang kamu harap akan kamu temukan dalam buku? Dan apa alasannya?

Cukup jelas ya pertanyaannya? Kalau masih belum jelas, sila colek saya di twitter :)

6. Giveaway berlangsung selama tiga hari dan akan ditutup tanggal 31 Agustus 2016 pukul 23.59 WIB.
7. Yang terakhir, good luck yaa...

------------UPDATE-------------

Haiii... Senangnya melihat antusiasme teman-teman buat ikutan giveaway ini. Terima kasih banyak bagi yang sudah meramaikan. Menyenangkan bukan membayangkan atau mengingat suatu benda terselip dalam sebuah buku. Seperti pengantar pesan tak terduga, ya? ^^

Kali ini seseorang yang beruntung mendapatkan novel With or Without You adalaaaaahhh.....


Dias Sintha
@DiasShinta


Selamaaaaat... Saya tunggu konfirmasi data diri dan alamat lengkap kamu di email saya nurinawidiani84(at)gmail(dot)com dalam kurun 2x24 jam.

Bagi yang belum beruntung jangan sedih, buku MbakbPrisca sudah bisa didapatkan di toko buku kesayangan maupun bukan kesayangan kok. Dan... Jangan tinggalin blog ini ya, karena masih bakal ada giveaway buku kece lainnya. See you.. ;)

Minggu, 28 Agustus 2016

[Resensi] Bared To You - Sylvia Day

Judul buku: Terbuka Untukmu
Judul asli: Bared To You
Seri: Crossfire #1
Penulis: Sylvia Day
Alih Bahasa: Iingliana
Editor: Hetih Rusli
Cover: Marcel A. W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Oktober 2013
Tebal buku: 446 halaman
ISBN: 9789792298604



BLURB

Gideon Cross memasuki hidupku seperti petir dalam kegelapan....

Pria itu tahu dirinya tampan, cerdas, dan memesona. Baru pertama kali aku tertarik pada seseorang seperti aku tertarik padanya. Aku mendambakan sentuhannya yang mampu membuatku luluh. Aku wanita yang tidak sempurna dan membawa luka masa lalu, namun dia bisa membuka diriku dengan mudah...

Gideon tahu. Dia memiliki hantu-hantu masa lalunya sendiri. Kami berdua saling memahami luka-luka batin... dan tak bisa memungkiri hasrat yang bergelora di antara kami. Ikatan cintanya mengubahku, aku berharap semoga rahasia kami di masa lalu tak membuat aku dan Gideon berpisah... 


RESENSI

Eva Tramell baru saja pindah ke New York dan menghuni apartemen barunya bersama Carry, sahabat prianya. Saat ia sedang berusaha melihat kantor barunya, tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang pria yang langsung mengguncang hasratnya. Perasaan yang tampaknya tak bertepuk sebelah tangan karena di hari berikutnya, pria itu menyapa Eva dan menunjukkan sikap bahwa ia pun tertarik pada Eva.
Hingga Eva mengenalnya sebagai Gideon Cross, sang pemilik Cross Industries. Tanpa tedeng aling-aling, Gideon dengan jelas dan lugas menyatakan hasratnya terhadap Eva.

--------------------

Ada banyak alasan mengapa saya agak malas memulai untuk membaca seri Crossfire ini. Yang pertama karena banyak yang bilang kalau novel ini sebalas-duabelas dengan Fifty Shades of Grey, dan saya malas kalau harus membaca novel yang berpola sama dengan FSOG. Yang kedua karena seri ini terdiri dari lima buku. Belum-belum saya sudah jenuh.
Saya memang punya masalah dalam membaca novel berseri dengan tokoh yang sama. Biasanya saya mandeg di buku kedua dan sudah malas melanjutkan buku ketiga. Contohnya saja seri Summer-nya Jenny Han yang saya mentok di buku keduanya, atau novel fantasi Lunar Chronicles dari Marissa Meyer, yang saya belum juga punya mood untuk melanjutkan buku ketiganya, Cress.
Berbeda jika saya membaca serial yang tokohnya berbeda-beda. Mau sampai puluhan saya sih oke saja.

Jadi membaca Bared To You sejatinya hanyalah ajang coba-coba bagi saya. Nggak ada ekspektasi macam-macam. Dan ternyata novel ini lumayan bagus dan nggak membosankan. Kecuali bagian persetubuhannya. Terlalu banyak dan malah bikin ceritanya gak jelas. Untuk selanjutnya saya akan mengupasnya sebagai Bared To You tanpa berusaha membandingkannya dengan FSOG.

Novel ini ditulis menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu sudut pandang Eva. Alurnya maju dan cara bertuturnya lumayan enak dibaca. Setting New York-nya cukup detail dan memberi gambaran dengan tepat.
Sayangnya lagi-lagi saya bertemu dengan hero yang ganteng dan hot banget yang merupakan pria pebisnis kaya raya yang bisa melakukan segalanya, dengan masa lalu yang (kemungkinan) melukainya. Dan seolah itu belum cukup untuk membuat saya memutar bola mata, semua pria—yap saya bilang SEMUA—yang ada di sekitar Eva, yang berada di kehidupan Eva, ganteng dan sempurna. Sampai di sini saya mulai menganggap novel ini benar-benar fiktif dan amat jauh dari kehidupan nyata. Well... memang apa salahnya sih kalau ada pria biasa atau buruk rupa di dekat sang heroine? Ini sih bukannya bikin iri tapi bikin senewen.

Kemudian Eva sendiri tadinya saya anggap lumayan punya prinsip. Dia berani nolak, berani mengajukan kompromi, nggak serta merta mau diajak bobok-bobok enak walau hasratnya udah ngebet berat. Tapi begitu ngerasain berhubungan dengan Gideon sekali, kontrol dirinya hilang. Dia jadi plin-plan dan gampang banget dibujuk. Yaah walau saya akui siapa yang nggak bakal meleleh kalau iming-imingnya seks hebat dan kalimat merana aku-butuh-kamu-aku-tak-bisa-hidup-tanpamu yang meluluhkan jiwa raga dan vagina.
Tapi sifat plin-plan Eva punya dasar kuat juga. Masa lalunya membuat naluri pertamanya adalah lari saat ia menemukan masalah. Tapi setelah lari dan marah-marah dia lumer juga dengan bujukan hasrat Gideon. Bah.

Adegan seksnya buanyak dan tersebar rata. Tapi nggak ada yang berkesan atau erotis bagi saya. Variasinya standart, lokasinya juga biasa banget. Limousine, kantor, hotel, apartemen, rumah, perpustakaan. Paling cuma adegan seks di rumah orangtua Gideon saja yang lumayan berkesan.
Sementara untuk romannya sama sekali nggak ada yang berkesan. Standar dan flat. Kedua tokohnya seperti masih belum menemukan chemistry. Mungkin karena setiap bertemu yang mereka lakukan hanyalah bercinta.
Tapi hubungan Eva dan sahabat cowoknya, Carry, cukup bikin saya waras dalam membaca novel ini. Walau saya juga merasa Carry terlalu sempurna, tapi hubungan mereka manis banget.

Di novel ini masa lalu Gideon belum terungkap. Saya hanya diberi clue sedikit-sedikit, dan membuat saya menduga-duga. Tapi meski saya penasaran, say belum punya minat untuk melanjutkan ke buku kedua. Well, lihat saja nanti apakah saya bakal melanjutkan membaca seri ini atau enggak.

Kamis, 25 Agustus 2016

[Resensi] Bermain Bersama Tini 4 - Gilbert Delahaye & Marcel Marlier

Judul buku: Bermain Bersama Tini #4
Penulis: Gilbert Delahaye
Ilustrator: Marcel Marlier
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Agustus 2016
Tebal buku: 88 halaman
ISBN: 9786020333243



BLURB

Ayo kita bermain bersama Tini dan teman-teman!
Nikmati gambar-gambarnya yang indah saat kita ikut dalam berbagai petualangan seru.

Tini di Sekolah
Tini Belajar Main Musik
Tini Kehilangan Anjing
Tini dan Tetangga yang Aneh


RESENSI

Ada murid baru di kelas Tini, namanya Gita, asalnya dari India. Ada yang tahu di mana letak India? Wah Tini dan teman-temannya ternyata tahu. Hari itu banyak yang dipelajari Tini di sekolah, ia membaca buku, mendongeng, melukis, menulis surat, bahkan menangkap kecebong. Wah seru sekali.
Ada juga kisah Tini Belajar Main Musik saat liburan. Berawal dari menonton pawai drum band, Tini berkenalan dengan Isabella, seorang pemain celo. Wah kira-kira bisa tidak ya Tini memainkan alat musik ini?
Di kisah ketiga, Tini Kehilangan Anjing. Karena saking serunya bermain Indian dengan Yan, Tini lupa mengawasi Pupi. Maka ketika Pupi lari mengejar dua ekor kucing, Pupi pun hilang. Tini mencari Pupi ke seluruh penjuru kota. Bisakah Tini menemukan Pupi?
Yang terakhir, ada Tini dan Tetangga yang Aneh. Saat kucing Tini hilang, ada dugaan bahwa itu ulah tetangga Tini yang aneh dan kelakuannya mirip penyihir. Tini pun mengendap-endap menyelidiki sang tetangga. Benarkah Sitronela adalah seorang penyihir?

-----------------

Tini adalah kenangan manis. Bagi generasi yang lahir di tahun 1980-an dan telah mengenal buku dan membaca di masa kecilnya, pasti akrab dengan Tini. Seingat saya dulu judulnya cuma Tini, tapi saya ingat banget kalau saya jatuh cinta dengan gambarnya. Sementara ceritanya sih, saya lupa hahaha...

Jadi nggak salah dong kalau saya berniat memiliki Bermain Bersama Tini untuk anak-anak saya. Karena saya ingin mereka merasakan antusiasme yang sama dengan yang saya rasakan dulu. Pada awalnya, saya sempat was-was karena buku ini kan menuturkan kisah tentang seorang anak perempuan, padahal anak-anak saya jenis kelaminnya laki-laki. Saya takut dong kalau mereka bakal menganggap buku ini bukan bagian dari mereka.
Tapi sejak pertama membuka segel, membacakannya sampai tuntas, hingga menutup buku, saya nggak mendapati satu pun kalimat protes dari mereka. Yang ada, putra sulung saya malah langsung minta bukunya buat disampul, dan ditaruh di rak bukunya. Ahay... Kenapa bisa begitu ya?

Saya rasa daya tarik utama Belajar Bersama Tini adalah dari artworknya. Ilustrasinya kece dan seolah hidup. Mimik ekspresi mukanya digambar dengan tepat, detailnya juara, dan perpaduan warnanya kalem tapi juga kaya warna. Dari satu halaman saja, saya dan anak-anak perlu beberapa menit untuk mengeksplorasi gambar apa saja yang ada di situ. Bahkan di cerita pertama, sikap Tini dan teman-temannya di dalam kelas begitu beragam dan ajaib. Dan memang seperti itulah suasana kelas anak saya. Jadi mungkin itu sebabnya si sulung merasa suka dan terhubung dengan ceritanya.
Detail latarnya juga lengkap dan kaya. Klasik dan cantik. Banyak sekali ekspresi muka dan gestur tubuh yang unik dan lucu. Namun semua itu merupakan perwujudan potret sesungguhnya dari apa yang ada di sekitar kita. Sungguh menjadi sesi yang seru saat anak-anak menanyakan banyak hal terkait dengan gambarnya yang detail.

Karakter Tini adalah karakter yang anak-anak banget. Tini suka mempelajari hal baru, suka mengajukan pertanyaan untuk memuaskan rasa ingin tahunya, friendly dan mau berteman dengan siapa saja, pergi ke mana-mana naik sepeda, juga sayang pada hewan peliharaan. Mungkin ini yang membuat anak saya nggak mengerenyit seperti jika ia membaca dongeng princess. Tini bisa seru-seruan menangkap katak dan kecebong, Tini bersepeda ke mana-mana dan Tini penuh petualangan. Siapa yang nggak bakal suka coba?

Untuk ceritanya sendiri sebenarnya kurang tuntas dan terkesan melompat-lompat. Misalnya saja sebelum pelajaran ada teman Tini yang membawa tikus putih, lalu menyimpan keranjangnya di atas lemari. Saya kira ini akan menjadi benang merah untuk cerita pertama, tapi nyatanya tidak. Karena... memang tidak ada benang merahnya. Kisahnya benar-benar seperti ketika saya menanyai si sulung tentang kegiatannya di sekolah, semua hanya berupa fragmen-fragmen yang ia anggap penting untuk diceritakan, tanpa perlu berpikir kaitannya antara awal dan akhir ceritanya. Nah, seperti itulah kisah dalam buku Bermain Bersama Tini. To the point, informatif dan sekaligus memberi pesan moral.

Buku ini berisi empat kisah tentang Tini. Dari kesemuanya saya paling suka dengan kisah yang terakhir. Tini dan Tetangga yang Aneh. Sifat anak-anak yang selalu ingin tahu, penasaran dan kadang juga nekat, benar-benar terwujud dalam kisah ini. Seru sekali petualangan Tini menyelidiki siapa sebenarnya Sitronela. Kisah ini menjadi penutup yang sempurna bagi ketiga cerita sebelumnya yang juga nggak kalah seru dan keren.

Saya sih sangat merekomendasikan buku ini. Sebuah buku yang tetap hidup dari generasi ke generasi. Buku yang bagai mesin waktu, karena saat saya membacakannya untuk anak-anak, saya pun seolah terlempar ke puluhan tahun lalu, saat kakek membacakan Tini untuk saya.

Rabu, 24 Agustus 2016

[Resensi: The Rebel King - Melissa James] Takdir Hidup Sang Raja Pemberontak

Judul: Raja Pemberontak
Judul asli: The Rebel King
Penulis: Melissa James
Penerjemah: Fia Mirtasari
Editor: Bayu Anangga
Sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: November 2014
Tebal buku: 280 halaman
ISBN: 9786020310428



BLURB

Charlie Costa, si pemadam kebakaran, tahu persis apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan orang saat kebakaran. Tetapi ketika mengetahui bahwa ia sebenarnya calon raja yang harus segera menikah demi menyelamatkan negaranya, Charlie tak bisa berkata-kata! Ia tidak mau menjadi raja, ataupun menikahi Putri Jazmine… secantik apa pun dia. Sikap kasar dan kesan brengsek yang ditunjukkan Charlie tidak sedikit pun mengelabui Putri Jazmine. Charlie mungkin berusaha membohongi orang lain bahwa ia adalah pemberontak, tapi Putri Jazmine tahu siapa Charlies sebenarnya. Pria itu adalah pria baik, tangguh, dan sanggup menjadi raja yang sejati. 


RESENSI

Novel harlequin yang saya baca kali ini adalah percobaan pertama saya meminjam ebook di ipusnas. Sangat excited karena novel ini nggak juga tersedia di Ijakarta. Saya memang belum pernah membaca karya Melissa James, dan ketika membaca blurbnya saya merasa ide ceritanya cukup menarik.

Khas novel harlequin, selalu ada perubahan besar dan mendadak yang menimpa si tokoh utama. Cuma kali ini, di novel Raja Pemberontak ini, si tokoh utama tadinya adalah seorang pemadam kebakaran. Pria biasa yang dielu-elukan sebagai pahlawan karen berhasil menyelamatkan nyawa anak-anak dalam peristiwa kebakaran hebat. Dan kemudian bumi gonjang ganjing langit kelap kelap, ketika Charlie dinyatakan sebagai pewaris takhta kerajaan Hellenia.

Novel ini bersetting di Australia lalu pindah ke sebuah kerajaan Yunani kecil dengan sudut pandang orang ketiga dan plot yang rapi. Dengan alur yang lumayan lambat, pertentangan hati Charlie dilukiskan dengan akurat. Ada bagian di mana ia ingin lari kembali ke Australia dan menjalani kehidupan lajangnya yang ia anggap bahagia namun ada bagian yang membuatnya ingin tetap tinggal. Bagian itu adalah kebahagiaan Lia, adiknya, dan sosok Jazmine yang menggodanya sejak pertama.
Saya suka interaksi antara Charlie dan Jazmine. Sedikit aneh memang melihat tarik ulur mereka, dan saya juga nggak paham kenapa mereka mempertengkarkan hal yang remeh, tapi saya suka saat Charlie mulai membujuk Jazmine. Kata-katanya penuh dengan humor dan kecerdasan. Saya juga suka setiap kali Charlie membantah kata-kata sang raja. Pinter banget membalikkan omongan. Haha...

Karakternya serasi dan sungguh menyenangkan. Apalagi profesi Charlie tadinya adalah pemadam kebakaran. Seorang pahlawan yang mengandalkan kekuatan dan kecepatan berpikir. Saya anggap Charlie bukanlah orang yang nekat, ia menyelamatkan nyawa dengan memakai akal dan pertimbangan. Itu keren menurut saya. Dan profesinya membuat ia cocok menjadi raja. Raja yang diharap mampu menyelamatkan rakyatnya dari keterpurukan akibat perang saudara yang berkepanjangan. Jadi sang calon raja ini nggak sepenuhnya urakan, tapi juga sebenarnya sangat cerdas dan penuh pertimbangan.
Saya cukup suka dengan Jazmine. Tadinya saya kira saya bakal sebel karena belum-belum Jazmine sudah menilai Charlie dengan buruk. Tapi ternyata, justru mereka jadi pasangan yang bikin gemas saking seringnya tarik ulur dan saling bergairah tapi nggak jadi-jadi. Wkwkwk...

Mengenai perasaan dan motif sang raja sudah bisa saya tebak sih. Dan bagian Charlie bertemu atau berdialog dengan raja menjadi bagian favorit saya. Karena saya antusias dan deg-degan menunggu kata-kata apa yang aka diucapkan Charlie untuk membalas sang raja.
Lalu yang bikin saya penasaran justru malah hubungan Lia dengan Max dan Toby. Saya merasa hubungan kakak beradik Costa dengan Toby pastilah spesial, tapi Max lumayan juga karakternya. Jadi apakah kisah cinta Lia bakal ada kisahnya sendiri?

Bagi saya ini adalah perkenalan yang manis dengan karya Melissa James. Memang klise, yaaah cerita harlequin mana sih yang nggak klise. Tapi Raja Pemberontak diceritakan dengan apik dan menarik. Saya nggak bisa berhenti membaca naik-turunnya hubungan dua orang yang dari luar tanpak berrtolak belakang ini.
Bagi kalian yang ingin menikmati kisah perubahan hidup seorang pahlawan yang maskulin dan seksi menjadi raja yang gagah dan berwibawa, coba deh baca novel ini. Ringan, menghibur dan cukup asyik. Tapi awas jangan sampai jatuh cinta pada sang rebel king. Hahaha...

Selasa, 23 Agustus 2016

[Resensi] Perfect Wedding - Putu Felisia, Catz Link Tristan, Achi Narahashi

Judul: Perfect Wedding
Penulis: Putu Felisia, Catz Link Tristan, Achi Narahashi
Desainer kover: Chyntya Yanetha
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: Februari 2015
Tebal buku: 220 halaman
ISBN: 9786022518921



BLURB

Julia

“Kenapa kamu terima lamarannya?"
"Karena dia sesuai dengan gambamn pria ideal gang selalu kita impikan. Kaya, tampan, mapan, baik, dan tidak pernah terlihat menggandeng banyak pacar."
“Dia mengatakan perasaannya padamu?"
Aku kembali menggeleng.
“Dia pernah menciummu?"
"Dia pernah memelukku... Oh! Dan berpegangan tangan saat foto prewed."
"Astaga, J..."

Meisha

“Aku nggak tahu kenapa orang-orang masih ingin menikah. Mengetahui persiapannya saja sudah membuatku gila.""
“Serius, kamu benar-benar nggak tahu? Kamu perlu nikah karena kamu bisa ‘having fun' sepuasnya tanpa harus takut dosa!" well, mungkin itu salah satu keuntungan pernikahan.
Tapi menukarkan kebebasanku hanga untuk itu? Oh, tidak! Setidaknya aku memang, belum siap untuk itu.

Octa
"Sebenernya menikah itu untuk apa? Aku selalu berpikir, pernikaham itu hanya tanda tangan di atas kertas perjanjian. Laki-laki memberi nafkah. Perempuan melayani seumur hidupnya. Mungkin akan ada hal-hal lain di dalam perjanjian itu. Aku tak tahu, tapi... dengan semua yang terjadi, aku... "


RESENSI

Novel ini mempunyai konsep yang unik. Kisah tentang sebuah pernikahan yang dipandang dari tiga sisi yang berbeda oleh tiga wanita. Siapa bilang pernikahan adalah impian semua wanita, kadang ada beberapa wanita yang punya prinsip berbeda tentang pernikahan dan ada yang terbelenggu sebuah masa lalu sehingga gamang untuk melangkah ke dalam pernikahan. Dengan kover yang cantik minta ampun ini, tiga penulis: Putu Felisia, Catz Link Tristan dan Achi Narahashi merangkai tiga buah kisah.

Novel ini dawali dengan kisah tentang J atau Julia karya Catz Link Tristan. Dengan sudut pandang orang pertama yaitu dari sisi Julia, saya dijejali dengan keluh kesah si calon penganti wanita ini.
Kisahnya lumayan membosankan karena gaya bertuturnya lebih condong pada telling dan bukannya showing. Jadi saya pasrah-pasrah aja membaca uraian Julia tanpa bisa merasakan hal yang dirasakan si tokoh utama ini. Apalagi saya sama sekali nggak merasakan chemistry baik antara Julia dengan Dixon maupun Julia dengan Josh.
Detail pekerjaan tokohnya pun kurang jelas. Masak sih Julia sebagai sekretaris nggak ada kerjaan lain selain antar kopi, antar koran dan melamun? Ini sekretaris apa office girl?

Julia digambarkan sebagai karakter yang menyepelekan pernikahan. Bagi dia yang penting ada pria sempurna yang melamar, urusan cinta bisa dipupuk belakangan. Tapi, ternyata dia nggak berusaha untuk berkomunikasi. Saya jadi bertanya-tanya juga, umur Julia ini berapa sih? Kok masih kayak anak kecil. Ceroboh sih nggak masalah, tapi milih calon pasangan nikah kayak milih kue. Helloooo... ini perkara orang yang bakal menemani seumur hidup, lho. Main terima aja hanya karena ganteng, mapan dan baik.
Pesan yang disampaikan mama bagus tuh, bahwa untuk masuk ke hubungan pernikahan harus ada komunikasi. Saling menghargai juga.
Yang saya dapatkan di sini adalah seorang karakter utama perempuan yang belum matang pikirannya yang menganggap pernikahan hanyalah tentang persiapan pesta dan perayaan kemudian tergoda pria dari masa lalu, tapi menganggap dirinya bakal jadi istri yang sempurna. Tanpa mau menggali masa lalu, kecocokan dan rencana masa depan dengan pasangan. Huffft....

Kisah yang kedua adalah kisah Mei karya Achi Narahashi. Kisah ini pun menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu dari sisi Mei. Namun berbeda dengan kisah sebelumnya yang adegannya ditampilkan dalam narasi, di kisah ini lebih berimbang dalam hal narasi dan dialog. Meskipun dialog yang muncul adalah dialog yang terlihat nggak natural.
Mungkin karena keterbatasan halaman, tokoh utamanya jadi terlihat berusaha menonjolkan karakternya. Mei yang sexy, free and single. Yang biasa menaklukkan cowok-cowok namun tanpa landasan yang kuat. Apakah memang sifatnya begitu, ataukah itu hanya di permukaan saja, entahlah.
Dan yang saya sayangkan, karakter Mei yang playfull ini nggak kelihatan di kisah sebelumnya, atau di kisah J. Seolah Mei yang saya baca di sini bukanlah Mei yang ada di awal.
Lalu lagi-lagi konfliknya klise dan mudah ditebak. Eksekusinya lumayan sih, tapi flat saja bagi saya.

Yang terakhir adalah kisah Octa karya Putu Felisia. Bagi saya, ini kisah yang plotnya paling rapi dan karakter tokohnya lebih bulat. Cara bertuturnya enak dan pilihan katanya juga lebih kaya.
Saya suka bagaimana saya dibuat bertanya-tanya dan berusaha menggabungkan kepingan informasi yang diberikan sepotong demi sepotong dengan sabar oleh si penulis. Rasa putus asa dan kemandirian Octa tertangkap jelas oleh saya tanpa usaha berlebihan.
Bahkan cara Putu Felisia memainkan perasaan saya pun sangat stabil. Putu Felisia tetap berimbang memberi kesempatan pada kedua tokoh pria, hingga sampai lembar-lembar terakhir saya masih belum bisa menebak siapa yang akan dipilih Octa.
Karakternya penuh, emosinya kuat, chemistrynya bagus. Kisahnya dipekuat dengan narasi yang kaya informasi terutama budaya India. Adegan romantismenya dapet banget dan nggak kacangan.
Untunglah cerita ini adalah cerita penutup sehingga bisa menutup lubang kekecewaan saya yang sempat menganga karena dua kisah sebelumnya.

Minggu, 21 Agustus 2016

[Resensi] The Proposal of Love - Mayya Adnan

Judul: The Proposal of Love
Penulis: Mayya Adnan
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: Agustus 2014
Tebal buku: 344 halaman
ISBN: 9786020245256



BLURB

Aira Maharani seorang gadis manis dan cerdas yang bekerja sebagai peneliti di Lembaga Konsultan Politik yang bertugas untuk mendampingi Vivian Mahesa selama jelang Pemilukada dihadapkan dengan tugas baru yang menjengkelkan. 

Dan itu berhubungan dengan Raditya Mahesa putra bungsu dari Reynaldi dan Vivian Mahesa, Raditya yang tampan, CEO Mahesa grup, playboy dan gemar bersenang-senang sering membuat keluarganya pusing bukan main. Selain itu apa tugas baru Aira?


RESENSI

Aira Maharani yang sedang terburu-buru tanpa sengaja menabrak Raditya Putra Mahesa dan membuat berkas-berkas Aira berhamburan, sementara jas dan kemeja Raditya ketumpahan kopi. Tapi Raditya tak menyangka kalau Aira, adalah peneliti dan pendamping ibu Radit untuk maju ke pemilukada. Ia harus bekerja sama dengan Aira untuk mensukseskan ibunya.
Raditya pun menyadari kalau Aira ternyata sangat cerdas dan sangat menarik. Sayangnya, Aira sangat dekat dengan Dimas, sepupu Raditya yang juga atasan Aira. Mereka sangat akrab, bahkan orangtua dan puteri Dimas pun begitu dekat dengan Aira. Raditya pun berusaha bersikap sinis dan membenci Aira. Meski ternyata hal itu sangat sulit dilakukan.
Bagi Aira sendiri, berdekatan dengan Raditya membuat hatinya lelah dan terluka. Kadang pria itu sangat manis namun di kala lain bersikap amat berengsek. Belum lagi para wanita cantik yang selalu ada di dekat Radit dan bebas menyentuh dan mencium pria itu tanpa Radit merasa keberatan.
Bisakah Radit membunuh perasaannya dan merelakan Aira untuk Dimas? Atau akankah ia bersikap jantan dan berusaha merebut Aira?

----------------------

Ini pertama kalinya saya mencicipi novel karya Mayya Adnan. Agak ragu-ragu sih karena saya nggak suka covernya. Tapi dibanding dua judul yang lain, The Proposal of Love ini yang paling rada mendingan, dan akhirnya mendorong saya untuk mencoba membaca novel yang diangkat dari wattpad ini.

The Proposal of Love menggunakan dua sudut pandang. Ada sudut pandang orang pertama, yang bergantian dari sisi Aira dan dari sisi Raditya, kemudian ada juga sudut pandang orang ketiga. POV semacam ini memang jamak di wattpad, dan setahu saya, Elex Media Komputindo merupakan salah satu penerbit yang membebaskan penulisnya untuk berganti sudut pandang, meskipun karya tersebut bukan berasal dari wattpad. Nggak membingungkan sih bagi saya, karena setiap pergantian sudut pandang, selalu ada nama tokoh yang mengawali, untuk memandu saya agar tahu siapa yang sedang bercerita. Tapi Aira dan Raditya sedikit terasa masih punya "suara" yang sama. Meski sudah menggunakan pembeda gaya bahasa (Aira memakai aku-kamu, Raditya memakai lo-gue), kadang suaranya masih terasa berasal dari orang yang sama.

Plot novel ini sayangnya masih kurang rapi. Dan ini membuat saya bertanya-tanya apakah memang novel ini nggak dibimbing seorang editor? Karena saya yakin, dengan bimbingan yang benar, pembenahan yang tepat, pasti novel ini bisa lebih bersih dari typo dan lebih rapi.
Alur novel ini maju-mundur dengan beberapa kali flashback. Yang cukup mengganggu bagi saya adalah penulisan "flashback" setiap kali adegan mundur ke beberapa saat sebelumnya. Saya lebih suka penulis bermain dengan sedikit narasi untuk membawa pembaca ke masa lalu. Saya menganggap kata flashback hanyalah seperti jalan pintas yang terlalu mudah bagi seorang penulis.
Setting pedalamannya pun saya masih agak ragu di mana. Apa saya kelewatan detailnya ya? Yang jelas saya buta lokasi kecuali ketika adegan ada di Jakarta.

Yang saya suka dari novel ini adalah usaha Mayya Adnan untuk menyelipkan seluk beluk pemilihan umum. Pekerja humas yang bekerja di balik proses pemenangan calon itu keren banget lho. Saya sih selalu menganggap tim sukses itu keren. Bukan tim sukses yang suka ikut mejeng di koran atau di televisi, sih. Tapi mereka yang mengolah data dan melakukan riset juga memeras otak untuk memenangkan si calon. Tapi mungkin bagi beberapa pembaca yang alergi politik, novel ini bisa jadi membosankan.
Padahal saya rasa ada pesan baik dalam novel ini tentang pemilu yang benar dan bersih. Saya sih merasa ini penting terutama bagi pembaca muda yang bisa jadi adalah pemilih pemula nantinya.

Untuk karakter, memang terasa masih lemah. Aira cukup okelah bagi saya. Mandiri dan cerdas, tapi bisa klepek-klepek pada pandangan pertama. Haha... Aira juga wanita sejati yang nggak terlalu ribet sama kalori dan dandanan. Tapi saya sih penginnya Aira nggak begitu aja suka sama Raditya. Apa sih kualifikasi yang dimiliki Raditya yang bisa bikin jatuh cinta.
Memang dari awal saya merasa ilfil banget sama Raditya. Saya kira dia pria manja. Tapi dari obrolannya dengan Aira dan momen-momen saat rapat, dia ternyata cerdas juga. Cuma ya itu tengilnya nyebelin. Kenapa Aira nggak gaplok aja si Radit sekali-sekali, sih.

Saya sempat nangis baca novel ini, tapi lupa di bagian mana. Ahahaha... Tapi ya saya akui, saya terhanyut sama curahan hati Raditya dan frustasinya dia sampai ke saya. Saya anggap sih itu sebagai poin tambahan untuk novel ini. Seandainya dialog-dialog cerdasnya diperbanyak saya sih makin suka. Cukup sekali dua kali saja si pria merajuk manja, jangan banyak-banyak. Hihihiii...

Overall, saya suka dengan novel ini. Memang masih banyak kekurangan, dan saya berharap seandainya ada cetak ulang, kebolongan dan typonya bisa diperbaiki. Hmm... Saya sih mulai melirik nama Mayya Adnan dan nggak ragu untuk membaca novelnya yang lain.

Sabtu, 20 Agustus 2016

[Resensi] Three Days To Remember - Christina Juzwar

Judul: Three Days To Remember
Penulis: Christina Juzwar
Ilustrator: Fransisca Rivan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Maret 2014
Tebal buku: 240 halaman
ISBN: 9786020302379



BLURB

Phillip tak pernah menyangka bahwa Indira, wanita yang pernah ia cintai—sekaligus membuat hatinya hancur—muncul kembali. Padahal ia bersumpah tak akan pernah memikirkan atau menemuinya lagi.

Indira memohon pada Phillip agar mau bersamanya ke Pulau Beta—tempat yang dulu menyatukan mereka. Ini merupakan permintaan terakhir Indira karena gadis itu akan segera meninggalkan Indonesia dan tak akan kembali. Tak tega menolak, Phillip mengikuti permintaan Indira.

Namun, tiga hari kebersamaan itu menguras pahit-manis kenangan yang pernah terjalin di antara mereka.

Membuka rahasia.

Mencipta cerita berbeda tentang arti cinta. 


RESENSI

Sudah lama rasanya saya nggak membaca novel Amore-nya GPU. Padahal saya punya niat untuk nggak menyerah pada lini ini. Karena memang cukup sulit menemukan novel Amore yang bagus. Rata-rata kebanyakan ide ceritanya kurang nendang atau kisahnya datar-datar saja.

Kali ini saya membaca Three Days To Remember karya Christina Juzwar. Kalau diingat sepertinya ini kali kedua saya membaca karya Christina Juzwar. Novel ini cukup membuat saya tertarik karena warna covernya yang membiru.

Novel ini diceritakan menggunakan sudut pandang orang ketiga, dengan porsi fokusnya lumayan berimbang antara Indira dan Phillip. Dengan mudah saya bisa memahami perasaan-perasaan kedua tokohnya. Alur kisahnya yang maju-mundur, ditulis dengan apik dan rapi. Nggak bikin bingung karena satu kejadian di masa kini menyeret ingatan akan masa lalu. Menggali kenangan lama dan memunculkannya ke permukaan. Saya suka bagaimana Christina membuat benang merah untuk masa kini dan masa lalu sehingga bisa terhubung dan muncul dalam cerita. Meski ada juga yang terasa dipaksakan.

Konflik utamanya adalah dua insan yang masih memendam perasaan yang sama, dan salah satu pihak berusaha memperbaikinya. Tapi saya merasakan inkonsistensi juga dalam penokohan karakternya. Semacam rada labil.
Tadinya saya pikir Phillip digambarkan sebagai pria dewasa. Banyak sifat baiknya yang sengaja ditampilkan. Keluarganya yang harmonis. Sifatnya yang penuh perhatian dan penyayang. Kesukaannya pada anak-anak (yang terasa nggak alamiah di mata saya), semua sifat baik itu entah kenapa rasanya palsu dan kurang meyakinkan. Seperti terlalu dibuat-buat. Justru sifat yang terlihat Phillip banget adalah saat dia cemburu buta, asal tuduh, nggak mau dengar penjelasan dan nggak cukup percaya pada Indira. Asli... sifat yang itu bulat banget dalam sosok Phillip.
Sama halnya juga dengan karakter Indira. Di mata saya yang terlihat adalah Indira yang sok bahagia, sok asyik. Sifatnya yang terlalu ceria dan nggak mau membagi kesedihan itu rasanya nggak manusiawi. Bikin gondok. Makanya saya suka ketika di Pulau Beta dia berani keluarin semua unek-uneknya. Semua kesedihannya. Semua kemarahannya.
Itu wujud yang sebenarnya dari usahanya untuk meraih hati Phillip kembali. Dan di adegan itulah baru saya melihat manusiawinya Indira.

Three Days To Remember bertutur dengan mengutamakan dialog. Sayangnya dialog antar tokohnya kurang cair dan aneh. Saya nggak bisa membayangkan cowok asli mengucapkan kalimat-kalimat yang diucapkan Phillip.... kecuali di sinetron. Huhuuu. Mungkin hanya ada satu dari sepuluh pria yang bakal ngomong seperti itu. Contohnya saja... Mas Rangga dalam AADC. *doeeeng*

Bagi saya, novel ini masih terasa berputar-putar dan bertele-tele. Konfliknya hanya simple sebenarnya tapi seperti ditunda-tunda untuk diselesaikan. Dan sebenarnya, apa yang dialami oleh Indira juga sudah saya tebak sih sejak mereka mau berangkat ke Pulau Beta. Thanks to Olaf yang sudah kasih clue.
Dan penyelesaiannya umm... lumayan bergantung pada miracle ya. Saya sih sudah pasrah mau sad ending ya nggak apa-apa. Toh mereka udah menyelesaikan apa yang terjadi dua tahun lalu. Atau mungkin karena saya nggak merasa terkoneksi dengan si tokoh makanya nggak bahagia juga nggak apa-apa? #plak
Tapi yaaah endingnya lumayan manis kok. Melegakan lah.

Overall, saya nggak terlalu menikmati novel ini. Tapi boleh lah dibaca saat senggang sambil membayangkan, apa yang akan kita lakukan dengan mantan selama tiga hari, jika diberi kesempatan lagi untuk bersama. Ehem.

Jumat, 19 Agustus 2016

[Resensi] French Pink - Prisca Primasari

Judul buku: French Pink
Penulis: Prisca Primasari
Editor: Anin Pratajuangga
Desainer sampul & ilustrasi: Nisa Nafisa dan Riva Marino
Penata isi: Yusuf Pramono
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: Oktober 2014
Tebal buku: 80 halaman
ISBN: 9786022516873



BLURB

Di Distrik Jiyugaoka yang mungil, cantik, dan berwarna-warni, Hitomi tiba-tiba bertemu pria aneh yang mengungkit-ungkit tentang kematian.

Siapa sebenarnya pria itu? Dan... lho, lho, mengapa dia jadi menyuruh Hitomi mencarikan syal warna French Pink? Mana mungkin sih pria beraura gelap seperti itu menyukai warna pink? Dan untuk apa juga?

Ck. Sungguh. Pria itu benar-benar merepotkan Hitomi.

RESENSI

Hitomi sudah tak mampu lagi mengenali warna. Semua warna baginya hanya hitam. Padahal ia pemilik toko pita terkenal di distrik Jiyugaoka. Seandainya ia berani, ia ingin bunuh diri saja.
Namun begitu ia selesai mengucapkan keinginannya untuk mati, seorang laki-laki muncul dan mengusiknya. Laki-laki itu berpakaian serba hitam dan menanyakan mengapa Hitomi ingin mati. Merasa janggal terhadap pria itu, Hitomi pun buru-buru mengakhiri pertemuan mereka.
Tapi keesokannya, Hane, si laki-laki itu datang lagi dan meminta bantuan Hitomi untuk mencarikan pita berwarna English Lavender. Bukan itu saja, ia juga minta dicarikan syal berwarna French Pink dan kertas kado berwarna hitam.
Siapa sebenarnya Hane? Benarkah ia seorang shinigami? Dan apa arti ketiga permintaannya itu?

---------------------

Ini keempat kalinya saya membaca novel karya Prisca Primasari. Dan keempat kalinya pula saya merasa puas. Meski saya cukup kaget juga karena tipisnya novel ini dan sempat meragukan kepadatan ceritanya. Tapi saya salah besar karena sempat ragu dan skeptis, ternyata hanya dengan beberapa lembar saja, Prisca Primasari mampu menyajikan kisah yang padat, menghanyutkan dan memberi kesan mendalam. 

French Pink diceritakan menggunakan sudut pandang orang ketiga, dan terfokus pada Hitomi. Alurnya mengalir maju dan plotnya begitu rapi. Setting tempatnya sangat detail dan bikin saya seolah-olah ada di sana. Bahkan suasananya yang dingin pun terasa hingga ke sumsum tulang saya.
Prisca yang saya tahu selalu bisa memberi sentuhan aura dark dalam novel-novelnya. Sendu dan menyesakkan. Seolah saya ikut tertekan seperti si tokoh utama. Gaya bertuturnya yang baku juga merupakan daya tarik tersendiri. Memberi saya jeda pada kejenuhan gaya lo-gue beberapa novel lokal. Prisca selalu bisa membuat bahasa Indonesia begitu indah dan menyayat hati. Diksinya begitu kaya dan mempertajam suasana.

Sejak awal, saya digiring untuk mengambil kesimpulan yang sama dengan Hitomi. Dari perawakan, gerak-gerik, dan gaya Hane saya hampir meyakini hal yang sama dengan Hitomi. Hingga akhirnya saya dikagetkan saat siapa Hane sebenarnya akhirnya terungkap.
Dan kemudian adegan endingnya bikin saya teringat pada salah satu short story di komik serial cantik lawas. Kira-kira 14 tahun lalu. Sayang saya lupa judulnya. Saya sampai coba ubrek-ubrek catatan saya saat SMA karena saya ingat saya pernah bikin fanficnya untuk dikirim ke majalah Animonster, tapi nggak jadi. Apa yang dialami pasangan tokoh di komik itu sama seperti yang dialami Hitomi dan Hane. Hanya di komik, si cowok lah yang merana dan depresi seperti Hitomi. Saya juga ingat adegan terakhirnya di jembatan.

Tapi novel French Pink lebih terasa kaya dari pada komik tersebut. Ada kesan misterius dari sosok Hane dan permintaannya. Saya dibuat bertanya-tanya pada kelakuan dan permintaannya. Serba tak pasti.
Dan bahkan dengan novel setipis ini, Prisca mampu membuat karakter tokoh yang kuat dan bulat. Saya juga suka dengan chemistry antar tokohnya.

Lagipula novella setipis ini menyimpan banyak pengetahuan yang dibeberkan melalui profesi si tokoh utama. Beberapa ragam warna muncul di novel ini, dengan penjelasan yang manis dan romantis. Warna-warna yang memaksa saya akhirnya mengunjungi kangmas google dan malah keasyikan. Seru ternyata, dari satu novel banyak hal baru yang saya temukan.
Di novel ini terdapat hal yang saya akrabi juga yang saya temukan. Tentang shinigami. Bagi pelahap manga seperti saya tentu sudah sering membaca dan menemukan shinigami dalam berbagai versi, beberapa di antaranya seperti yang disebut dalam novel ini, shinigami versi Death Note dan Bleach.

Memang novel ini terasa manga banget bagi saya. Tapi itu justru membuat French Pink terasa akrab dan mudah untuk saya sukai. Apalagi jika rasa komik tersebut diberi sentuhan cita rasa khas Prisca Primasari yang sendu namun juga manis.
Well, saya sih suka banget sama kisah ini yang walau tipis tapi terasa padat dan pas. Menghibur sekaligus memberi harapan, semangat dan kekuatan. Saya sih sangat merekomendasikan novel imut ini, terutama bagi kalian yang suka gaya-gaya cerita yang Jepang banget. Dijamin kalian bakal jatuh cinta.

Kamis, 18 Agustus 2016

[Resensi] Flip-Flop by Rido Arbain dan Ratna Rara

Judul buku: Flip-Flop
Penulis: Rido Arbain dan Ratna Rara
Editor: Pradita Seti Rahayu
Art: A Subandi
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: Juni 2015
Tebal buku: 216 halaman
ISBN: 9786020267180



BLURB

Dia bahkan belum selangkah pun keluar dari kota ini, tapi rinduku terlalu bandel untuk diberi tahu. Perubahan yang cepat membuat kita kalah. Jarak yang lebar membuat kita jengah. Aku tak lagi yakin, kita adalah aku dan kamu. Tapi, aku, kamu, jarak, juga dia. Kenapa kamu menyerah? 

...

RESENSI

Anggun adalah primadona sekolah yang menjadi idola cowok-cowok di sekolah. Tapi menurut kabar, Anggun tidak mau berpacaran dengan cowok yang masih memakai seragam putih abu-abu. Anggun cuma mau berpacaran dengan mahasiswa. Namun Bobby tetap nekat melakukan pendekatan. Ia tetap berusaha meraih hati Anggun, bahkan meski ia harus bersaing dengan Steven, cowok blasteran yang cakep dan tajir itu.
Untungnya Anggun mau menerima Bobby. Anggun menemukan sisi Bobby yang baik dan tabah. Ia merasa nyaman bersama Bobby. Dan kenyamanan itu terwujud dalam badannya yang semakin membesar, alias gemuk.
Namun selepas SMA, Bobby bakal meneruskan kuliah ke Malang. Mereka terancam menjalani LDR. Anggun merasa hampa apalagi sahabatnya, Sheza juga bakal melanjutkan kuliah ke Manchester. Saat itulah Steven kembali bertemu dengan Anggun, sebagai pacara Sheza. Sama-sama ditinggal kekasih, Anggun dan Steven makin dekat. Dan Anggun mulai sibuk diet agar tidak merasa malu saat jalan bersama Steven. Tanpa sadar ia malah makin menjauh dari Bobby.
Akankah hubungan LDR mereka berhasil? Dan bagaimana dengan program diet Anggun yang justru malah membahayakan kesehatannya?

------------------------

Flip-Flop adalah sebuah novel duet yang bertema LDR. Uh-huh LDR yang terkenal serem itu dan yang bikin banyak pasangan jadi alergi. Saya tertarik banget baca novel ini karena covernya cakep banget. Lucu. Dan kayaknya memang mewakili isinya. Judulnya juga unik. Meski saya gak tau juga apa hubungannya flip-flop dengan LDR. Setahu saya flip-flop itu diucapkan kalau dua orang ngomong hal yang sama berbarengan. Maka setelahnya dua orang itu harus spontan bilang flip atau flop. Eh kalau ini sih kebiasaan alay saya sama temen jaman SMA sih.... kebiasaan yang masih berlanjut sampai sekarang di grup WA. Ngoahaha....

Umm balik ke novel Flip-Flop, novel ini ditulis dengan sudut pandang orang pertama, bergantian antara tokoh utama cowok dan tokoh utama cewek. Karena ditulis oleh dua orang, terasa banget perbedaan "suara" si aku. Sayangnya saya sempat dibuat bingung dengan timeline ceritanya. Ketika Anggun bercerita tentang masa kini, bab berikutnya Bobby bercerita tentang masa lalu. Rasanya seperti buta waktu karena loncatan waktunya yang dari depan, ke belakang, balik ke depan lagi, dan ke belakang lagi tanpa disertai informasi apa pun.
Untungnya gaya bertutur Rido Arbain dan Ratna Rara begitu enak dibaca, pilihan diksinya segar, dan humor yang diselipkan juga pas. Mereka kelihatan enjoy menertawai diri sendiri.

Karakter dalam novel ini juga unik. Anggun yang tadinya adalah primadona sekolah dan jadi idola banyak cowok, setelah berpacaran dengan Bobby malah berubah secara fisik. Anggun jadi gemuk karena ia nyaman dan bahagia bersama Bobby. Dan karena Bobby mencintai Anggun apa adanya, bukan hanya mencintai kecantikan Anggun saja. Hingga ketika LDR dan kembali dekat dengan Steven ia mulai insecure dan terancam anorexia. Tema ini bikin kita melek, bahwa fisik bukanlah segalanya. Bahwa kita harus mencintai dan menjaga tubuh kita sendiri.
Memang rada jengkel juga dengan Anggun tapi memang remaja kalau stres malah jadi makin aneh kelakuannya. Itu sebabnya orang dewasa perlu ada untuk mendukung.

Saya lumayan suka dengan Bobby. Punya tekad kuat, baik dan penuh perhatian juga lumayan kocak. Heran, ada ya cowok yang nggak pernah marahin pacarnya. Ahaha... Tapi kalau saya sih lebih suka dimarahin kalau udah kelewatan. Kalau sama cowok yang terlalu sabar saya bisa-bisa jadi ngelunjak. :p
Saya malah suka banget sama Sulung, kakak Anggun. Jahil memang, bahkan cenderung jahat waktu kecil. Tapi dia tetap kakak yang perhatian dan sayang banget sama Anggun. Saya justru lebih suka interaksi antara Sulung dan Anggun yang seru dan manis.

Saya mengamati ada dua masalah utama dalam novel ini. LDR dan anorexia. Kegalauan menjalani LDR kerasa banget dari sisi Bobby. Sementara Anggun yang takut kesepian dan merasa sedih karena nggak punya teman malah sibuk diet demi bisa jalan dengan Steven. Diet yang salah, yang bisa saja berujung pada kematian. Stresnya berlipat ganda. Tapi semua pesan moralnya sih bisa saya tangkap.

Yang lumayan bikin penasaran justru endingnya. Mungkin karena novel ini hanya menggunakan sudut pandang Anggun dan Bobby, motif Steven sebenarnya, mengapa ia mendekati Anggun lagi rada nggak jelas. Apa hanya karena dia juga nggak betah LDR atau memang tipenya tipe brengsek. Saya sih sebenarnya pengin Steven dapat pelajaran, biar kapok. Tapi ya sudahlah, yang penting endingnya memang Anggun dan Bobby banget. Manis sesuai cara mereka sendiri. Nggak berlebihan dan kelihatan alami.

Buat kalian yang suka cerita teenlit, apalagi yang sebentar lagi bakal LDR-an dengan pacar, novel ini perlu banget dibaca. Baca dan rasakan sendiri manis dan kocaknya novel Flip-Flop.

Rabu, 17 Agustus 2016

[Resensi] The Espressologist - Kristina Springer

Judul buku: The Espressologist
Penulis: Kristina Springer
Penerjemah: I Gusti Nyoman Ayu Sukerti
Penyunting: Rina Wulandari
Penyelaras aksara: Ananta
Desainer sampul: cddc
Penerbit: Noura Books
Tahun terbit: Juli 2015
ISBN: 978-602-0989-99-0




BLURB

Aku Jane Turner, seorang barista. Sekarang aku lebih dikenal sebagai Espressologist—orang yang bisa menjodohkan orang lain sesuai dengan kopi favorit mereka. Semua orang di kota membicarakanku, mereka yang belum punya pasangan datang padaku, dan tiga host TV ternama mewawancaraiku. Keren, kan?

Semua orang yang datang padaku akan segera mendapatkan pasangan. Aku jamin 100%.

Lalu, bagaimana denganku? Apa aku sudah punya pasangan?

Sayangnya, belum. Tapi, setidaknya sekarang aku sudah menemukan targetku—cowok keren dan baik hati yang jadi pelanggan nomor satuku. Yah, walaupun kopinya bukan jodoh kopiku, kurasa aku bisa melakukan sedikit penyesuaian dengan kopi favoritku. Rencanaku ini pasti berhasil. Dan, kuharap keberuntungan biji kopi berpihak padaku.

RESENSI

Sudah tiga bulan terakhir, Jane Turner mulai mengamati tamu yang datang ke Wired Joe's, sebuah kedai kopi lokal tempatnya bekerja. Ia selalu membuat catatan tentang jenis kopi yang dipesan oleh pengunjung dan sifat mereka. Hingga ia bisa menebak kopi apa yang akan dipesan bahkan sebelum si pengunjung mengucapkannya. Bermodalkan bakat dan catatannya, ia menjodohkan dua orang pengunjung, Gavin dan Simone. Dan berhasil. Jane pun mulai menjodohkan pasangan-pasangan lainnya, termasuk Cameron, teman di kelas bahasa inggrisnya, dengan sahabat Jane, Em.
Saat Derek, manajernya, mengetahui kemampuan Jane, ia pun membuat acara khusus setiap hari Jumat. Hari di mana Jane akan membantu pengunjung untuk menemukan jodohnya. Event itu sukses besar. Dan kini Jane bersiap menjodohkan pria favoritnya, Will, untuk dirinya sendiri. Meski kopi favorit mereka tidak cocok. Dan meski ia semakin cemburu melihat kedekatan Cam dan Em.

----------------------------

Pernah terbayang kopi bisa mewujudkan cinta sejati? Kalau belum, novel The Espressologist ini akan mewujudkannya. Espressologist sendiri adalah istilah yang dibuat oleh karakter utama novel ini yang merupakan seorang barista dan punya naluri kuat untuk menebak kopi favorit para tamu dan kemudian menganalisis kepribadian mereka dari kopi pilihan tersebut.

Saya suka dengan ide cerita novel ini. Karena saya pencinta kopi (walau kopi sasetan) dan suka takjub pada para peracik kopi. Sayang jalan ceritanya cenderung datar, nggak ada konflik yang menukik tajam. Jangankan menukik, menanjak saja enggak. Memang ada permusuhan yang nggak jelas alasannya dari Mellisa, tapi itu pun hanya sekedar sindiran-sindiran sinis Mellisa saat datang berkunjung ke kedai kopi. Padahal mungkin ini bisa digali, apa alasan dia nggak suka pada Jane, sedikit kekacauan bisa bikin cerita lebih menarik.

Karakternya cukup menyenangkan. Jane sepertinya pintar dan berbakat. Haha... saya sendiri bingung. Dia bisa menganalisis orang dan kopi kesukaannya, tapi hanya itu yang tampak nyata. Karena dia diceritakan ingin kuliah fashion tapi dia nggak kelihatan tertarik dengan fashion. Dia nggak berisik soal fashion dan dia juga nggak berpenampilan layaknya orang yang tergila-gila pada fashion. Jadi itu seperti tempelan saja supaya kelihatan Jane punya cita-cita. Yaah punya cita-cita tapi tanpa passion. Penulis tampaknya mengabaikan detail itu dan lebih terfokus pada bakat makcomblang Jane. Kenapa Jane nggak dibuat bercita-cita di bidang seni kopi saja supaya lebih nyambung dan nggak bikin saya sebagai pembaca merasa Jane nggak mampu untuk kuliah fashion.
Tapi Jane cukup berani juga sebenarnya. Bagus banget waktu dia membalas telak sindiran Mellisa. Kalau dia menempatkan diri sebagai orang yang mudah dibully, selamanya dia akan dibully. Sekali-kali Jane memang harus bersikap tegas dan berani agar tidak dibully. Itu bagian paling favorit sih.

Sementara untuk karakter utama pria, saya bertanya-tanya siapa yang akan jadi dengan Jane. Apakah Will yang tengil dan tukang PHP, atau Cam yang manis dan jelas-jelas punya perhatian? Tapi upaya penulis untuk membuat cerita cinta segitiga ini masih terasa kurang greget. Interaksi Cam dan Jane nggak meyakinkan dan kurang chemistry. Ketengilan Will juga cuma tergambar dari cerita Jane dan bukan terjadi langsung di depan pembaca. Rasanya masih datar dan kurang bikin berdebar.
Saya ingin tahu juga isi biografi tentang Jane yang ditulis Cam. Sayang hanya diungkap sedikit. Padahal paragraf yang sedikit terungkap itu manis banget. Seandainya saja versi panjangnya dibaca oleh Jane. Biar makim klepek-klepek dan galau gitu. Gimana nggak galau kalau cowok potensial yang kayaknya dia suka malah dia jodohkan dengan sahabatnya sendiri. Ha.

Sisi menarik novel ini terdapat pada jenis kopi dan kepribadian yang digambarkan mewakili kopi tersebut. Banyak catatan yang dibuat Jane untuk menjelaskannya. Entah benar entah enggak tapi rasanya romantis sih.
Yang sedikit di luar nalar mungkin banyaknya orang yang berhasil Jane jodohkan. Sampai 50 lebih pasangan lho. Waaah... bisa laris KUA kalau ada orang kayak Jane gini. Wkwkk~

Yaah sebagai novel kontemporer yang tipis novel ini memang ringan dan flat. Tapi cukup menghibur dan manis untuk dinikmati. Ada banyak kopi bertebaran juga ada resep cara bikin kopi favorit para karakter dalam novel ini. Glosarium yang ada di akhir novel juga akan memperkaya pengetahuan kita.

Senin, 15 Agustus 2016

[Resensi] #CrazyLove PHP - Clara Canceriana, dkk

Judul buku: #CrazyLove PHP
Penulis: Clara Canceriana, Dila Maretihaqsari, Kyria, Ardelia Karisa
Penyunting: Starin Sani
Perancang & Ilustrasi sampul: Nocturvis
Penerbit: Bentang Belia
Tahun terbit: Februari 2015
Tebal buku: 210 halaman
ISBN: 9786021383094



BLURB

Gejala Korban PHP:

• Bibir kram karena nggak bisa berhenti senyum saat dipanggil “sayang”
• Perut mulas kalau kirim pesan ke dia nggak dibalas-balas
• Mendadak sesak napas kalau lihat dia jalan sama cewek atau cowok lain
• Mulai berhalusinasi tentang pertanyaan “kapan kamu nembak aku?”
• Banjir air mata dan keringat dingin begitu dengar kabar kalau dia udah jadian dengan orang lain

Apa kamu pernah ngalamin gejala di atas? Mungkin kamu lelah. Jadi korban PHP mungkin nggak enak. Ren, Kisa, Niar, dan Karma sudah membuktikan sendiri cerita PHP mereka. Jatuh bangun mengejar harapan yang ternyata menjatuhkan. Sudah berkorban macam-macam, tapi imbalannya nggak sesuai angan-angan. Apa benar semua kisah PHP selalu berakhir tragis?

RESENSI

Kenangan

Program Today's Secret yang biasa dipandu Ren di My Radio memasuki hari terakhir. Di hari itu Ren membacakan email yang masuk dari seseorang bernama Rio, yang mencurahkan rahasia hatinya yang bermula dari sembilan tahun lalu. Kisahnya bersama seorang gadis teman sebangkunya bernama Lala. Rio ingin mengungkapkan betapa menyesalnya ia menggantung dan tak memberi penjelasan apa pun. Siapakah Rio? Dan akankah Rio bertemu dengan Lala setelah sembilan tahun berlalu?

Dia Untukku

Sejak duduk di bangku SMP, pusat dunia Kisa adalah Gana. Meski tidak begitu pintar, Kisa nekat masuk SMA favorit pilihan Gana untuk mengejar pemuda itu. Kisa tergila-gila pada Gana dan tak ragu menunjukkannya. Sikap Gana yang penuh perhatian dan sayang padanya dianggap lampu hijau oleh Kisa. Tapi Gana tetap diam. Tetap tak menyatakan cinta. Hingga Kisa nekat memilih kampus yang sama demi Gana. Akankah Kisa akhirnya mendapat kejelasan dari Gana?

Selamanya Kamu

Niar kaget saat sedang berteduh dari hujan, disapa seorang cowok yang tampaknya mengenal dirinya. Cowok itu, Esha, ternyata adik kelasnya yang berada dua tingkat di bawahnya. Hubungan mereka menjadi dekat meski banyak teror dan gosip tak enak yang beredar di sekolah. Niar pun merasa memiliki perasaan lebih pada Esha. Apalagi Esha juga tampak setia membantu dan mendampinginya. Niar bertekad akan menyatakan perasaannya seusai SPMB. Akankah Esha menerimanya? Ataukah Niar hanya kege-eran saja atas perlakuan Esha?

Karma

Karma si playgirl yang selalu suka dikelilingi para cowok. Meski tak ada yang benar-benar resmi dijadikan pacar olehnya, tapi Karma memang toxic. Ia selalu bisa membuat cowok menuruti apa maunya. Itu sebabnya ia cocok bersahabat dengan Jiro yang playboy. Mereka sama. Mereka setipe. Dan mereka sebenarnya saling suka. Tapi bisakah playboy dan playgirl bersama? Bisakah mereka saling mempercayai?

---------------


PHP merupakan bagian dari serangkaian seri CrazyLove yang diterbitkan Bentang Pustaka. Sejauh ini sih saya baru baca yang #CrazyLove Mantan dan cukup suka. PHP sendiri terdiri atas empat cerita pendek yang ditulis oleh Clara Canceriana, Dila Maretihaqsari, Kyria dan Ardelia Karisa. Nama Clara, Kyria dan Ardelia saya ketahui sebagai penulis yang potensial, tapi nama Dila Maretihaqsari mengejutkan saya karena saya mengenalnya sebagai editor kece yang membantu kelahiran novel-novel yang saya sukai. Tentunya saya jadi antusias pengin tahu bagaimana karya sang editor favorit saya ini.

Saya mulai bahas dari cerita yang paling saya suka dulu ya...
Dari keempat cerita di dalam buku ini, yang paling saya suka adalah Karma karya Ardelia Karisa. Pengkarakterannya kuat dan konflik batinnya dapet banget. Mungkin karena berimbang porsi kegalauan antara dua tokoh utamanya, maka saya jadi suka. Tapi selain itu saya juga suka premisnya, playgirl ketemu playboy sama-sama saling nge-PHP-in, jadi seru rasanya ngikutin interaksi antara keduanya. Saya suka pilihan namanya. Bisa pas gitu dengan kalimat, "nanti kamu dapat karma lho." Nah loh, seneng apa sedih nih Jiro kalau dapet karma. Hahaha....
Endingnya pun membuat saya menutup buku ini dengan penuh kepuasan, bagai kesegaran a*ua setelah lari marathon belasan kilometer. *halah* :)))))

Sementara kisah Kenangan dari Clara Canceriana bikin saya baper. Kisahnya pasti bisa dialami siapa saja. Namanya remaja, suka tapi gak berani mengungkapkan lalu menyesal, itu memang paling bikin galau. Walau saya sih penganut paham mending dikatakan daripada terpendam sekian tahun dan menyisakan rasa penasaran.
Saya suka gaya bertuturnya dan plotnya yang rapi. Profesi si tokoh utama juga keren, penyiar radio, dan saya bisa membayangkan suara Ren pasti enak banget didengerin—seksi dan dalam. Membaca dialognya Ren saja sudah terngiang-ngiang seperti apa suaranya kala siaran. Yang jelas saya suka bagaimana cerita ini berawal dan berakhir. Nyesek sih, jadi pengin peluk Ren gitu, tapi di sini saya temukan bahwa mimpi dan cinta itu sama, kalau nggak dikejar ya sia-sia.

Kisah yang kedua adalah Dia Untukku karya Dila Maretihaqsari. Yang satu ini yang paling mendekati kisah saya sendiri. Hahaha... Saya mirip sama Kisa gitu deh, berharap pada satu cowok selama bertahun-tahun, bedanya si cowok nggak setengil Gana. Tapi kesamaan nasib inilah yang membuat saya menikmati cerita tentang Kisa. Dan tentunya saya suka banget interaksi antara Kisa dan Gana, chemistrynya bagus dan seru banget. Tengilnya Gana dan sikap nggak jelasnya itu memang bikin pengin ngasah pisau, tapi memang Gana ini so sweeeeeet banget.
Endingnya saya suka, karena meski apa pun yang terjadi, mereka tetap asyik, tetap seru dan tetap manis.

Yang ketiga ada kisah Selamanya Kamu karya Kyria. Bagi saya justru inilah cerita yang paling PHP di antara semuanya. Saya terkecoh deh. Saya kira cerita ini bakal mirip seperti cerita pertama, tapi ternyata murni PHP. Huhuuu.. Kyria benar-benar pintar bikin harapan saya ikut membumbung bersama Niar. Memang ceritanya cenderung datar dan kurang jelas, ada lubang yang masih bikin saya bertanya-tanya, tapi cukup menarik untuk diikuti.
Hanya saja endingnya yang open ending malah bikin saya kurang puas. Hahaha...

Yang jelas PHP benar-benar kumpulan cerpen yang bikin saya bernostalgia dan merasa baper pengin balik ke masa sekolah. Benang merah keempat cerita selain sama-sama menceritakan tentang harapan palsu atau rasa GR juga tokoh ceweknya yang saling terhubung. Tapi bagi saya, di antara semua tokohnya, saya paling suka sama Karma. Bagi kalian yang pengin nostalgia rasanya di-PHP-in boleh banget baca buku ini. Seru.

Minggu, 14 Agustus 2016

[Resensi] Tiga Sandera Terakhir - Brahmanto Anindito

Judul buku: Tiga Sandera Terakhir
Penulis: Brahmanto Anindito
Penyunting: Hermawan Aksan, Miranda Harlan
Penata aksara: Aksin Makruf
Desainer sampul: Oesman
Penerbit: Noura Books
Tahun terbit: Mei 2015
Tebal buku: 316 halaman
ISBN: 9786020989471



BLURB

Penyanderaan brutal terjadi di sebuah desa di Papua. Korbannya lima orang—warga negara Indonesia, Australia, dan Perancis. Semua telunjuk segera mengarah ke OPM, Organisasi Papua Merdeka. Namun, OPM sendiri menyangkalnya. Mereka menegaskan bahwa pihaknya sudah lama tidak menggunakan cara-cara ekstrem seperti itu, demi perjuangan kemerdekaan Papua Barat.

Lantas, siapa dalang penyanderaan itu? TNI enggan berteka-teki terlalu lama. Satuan Antiteror Kopassus di bawah pimpinan Kolonel Larung Nusa segera diturunkan ke Bumi Cenderawasih. Tapi, malang tak bisa ditolak. Korban malah berjatuhan, baik di pihak sandera maupun anggota Kopassus. Salah seorang anggota bahkan dinyatakan hilang secara misterius di belantara Papua.

Kolonel Nusa mulai menyadari bahwa lawannya ini bukan sekadar milisi OPM. Melainkan pasukan khusus seperti dirinya.

RESENSI

Lima orang turis diculik dan disandera oleh sekumpulan orang-orang asli Papua yang mengaku sebagai bagian dari OPM (Organisasi Papua Merdeka). Kelima orang tersebut terdiri atas dua turis domestik dan tiga turis asing. Keinginan para penyandera hanya satu, jika ingin sandera selamat maka Papua harus diberi kemerdekaan.
Maka dikirimlah Kolonel Inf. Larung Nusa yang baru saja menjabat sebagai Komandan Gultor. Suatu pengangkatan yang penuh kontroversi karena Larung Nusa sendiri adalah menantu dari Menteri Pertahanan RI.
Demi membuktikan diri, Larung Nusa berusaha sebaik mungkin memimpin operasi pembebasan para sandera. Tapi sebisa mungkin ia ingin mengupayakan jalur negosiasi. Sayang pihak penyandera memilih jalan lain. Ketika seorang sandera ditemukan tewas, maka Larung Nusa pun mulai memimpin operasi penyerbuan.
Sayang penyerbuan itu memakan korba dari pasukan Larung Nusa. Seorang anggota meninggal, dan seorang lagi hilang. Larung Nusa pun mendapat hukuman skors.
Tapi ternyata, itu baru awal. Ada sesuatu yang lebih besar yang mengincar keamanan NKRI. Larung Nusa harus membuat pilihan, apakah bersedia membentuk pasukan hantu dan merekrut mantan anggota TNI sebagai anggota tim, atau memilih kembali ke Jakarta.
Bisakah Larung Nusa menyibak siapa dalang dibalik penyanderaan ini dan menemukan tiga sandera terakhir?

------------------------------

Membaca novel thriller selalu menjadi keasyikan tersendiri jika saya mulai jenuh dengan kisah romance. Itulah mengapa saya memilih membaca novel Tiga Sandera Terakhir karya Brahmanto Anindito ini. Pilihan yang ternyata sangat tepat karena mood baca saya yang tadinya mpot-mpotan bisa balik bergairah lagi. Hahah...

Tiga Sandera Terakhir merupakan novel thriller militer yang menghadirkan tema ketegangan tiada usai antara Indonesia dan Papua. Kita tahu bahwa OPM merupakan organisasi yang nyata yang mempunyai tuntutan untuk merdeka dan melepaskan diri dari Indonesia. Sebagai kisah usang namun juga selalu hangat, tema ini memang sangat menarik jika disajikan dalam sebuah kisah fiksi.
Dan meski tokoh utama serta kisahnya hanya fiksi, Tiga Sandera Terakhir terasa nyata senyata-nyatanya. Konstruksi ceritanya dibangun dengan penuh detail—termasuk detail sejarah dan budaya—juga plotnya ditulis dengan sangat rapi. Gaya bertutur Brahmanto Anindito mengalir dan enak dibaca.
Walau lumayan membosankan di awal kisah, tapi saya dibuat takjub dengan strategi yang dirancang Kolonel Larung Nusa. Ketegangan di paruh awal memang rada ngeselin. Beberapa kali para sandera membantah dan seolah cari mati. Saya sampai geregetan karena takut satu salah ucap saja bisa bikin para penyandera itu murka dan membunuh mereka.

Bagian seru baru muncul saat operasi pembebasan sandera dimulai. Lumayan menegangkan dan bikin saya nggak bisa berhenti baca. Mulai dari situ hingga ke pembentukan pasukan hantu, saya sudah nggak bisa lagi berpaling dari novel ini. Ikut kesal waktu Larung Nusa diskors, dan merasakan antusiasme saat Larung Nusa mengumpulkan kru bagi pasukan hantunya. Suasana jadi lebih cair karena anggota pasukannya adalah mantan anggota militer. Bedanya kerasa banget antara operasi pembebasan sandera yang dilakukan tim gultor pimpinan Larung Nusa, dengan operasi penyerbuan dalang penyanderaan yang dilakukan oleh pasukan hantu.
Mungkin seperti yang telah disinggung di awal novel, bahwa prajurit bekerja sesuai perintah atasan, jadi hubungan mereka terasa kaku dan kurang akrab karena seolah masih ada garis hierarki. Namun bersama pasukan hantunya, Larung Nusa bisa bersikap santai dan saling bercanda. Itu sebabnya paruh akhir kisah ini sangaaaaaaat menarik diikuti.
Dialognya lebih seru, kocak dan sedikit mengendurkan ketegangan. Juga joke tentang sepakbola itu masuk ke dalam cerita dengan mulus banget dan bagi saya sangat cerdas. Yap, sepakbola bisa menyatukan Indonesia ternyata.

Aksi di paruh akhirnya benar-benar tegang mampus. Kayak nggak diberi jeda untuk bernapas. Detail adu senjata dan adu tangan kosongnya keren. Tokohnya dibuat jatuh bangun dan berjuang dengan usaha yang keras. Benar-benar kayak lagi nonton film laga. Saya suka dengan novel thriller yang musuhnya sulit dikalahkan, jadi biar endingnya bisa benar-benar nyeeees. 

Yang saya suka adalah kentalnya logat dalam dialog yang dipakai para tokoh novel ini. Beberapa tokoh tampil dengan identitas daerahnya. Para pasukan OPM dan orang asli papua menggunakan logat khas mereka, kemudian anggota tim Larung Nusa juga ada yang menggunakan bahasa jawa, sang danjen  juga menampilkan bahasa lo-gue. Semua membuat novel ini terasa berwarna dan terasa Indonesia banget.
Hanya saja saya merasa bakal lebih nikmat jika keterangan tentang istilah atau penerjemahan bahasa bukan dikelompokkan di halaman akhir buku tapi ditulis sebagai catatan kaki. Jadi saya nggak perlu repot-repot nengok ke belakang.

Tokoh favorit saya di novel ini adalah Witir Femmilio, si mantan anggota Denjaka. Kocak orangnya, tapi pas bertempur, duuuh berasa jantan dan laki banget. Tapi masih aja nyelipin rayuan buat Nona. Wkwkwk~
Sementara untuk adegan favorit jelas waktu Larung Nusa berantem sama si dalang. Seruuuu dan menegangkan.
Dan yang bikin merinding sekaligus terharu adalah saat saya menyadari siapa yang dimaksud dengan tiga sandera terakhir. Hiks. Ngilu rasa hati saya jadinya.

Tapi epilognya berasa masih kuraaaaang. Saya pengin tahu nasib Larung Nusa. Bagaimana pandangan orang terhadapnya. Pengin ada yang mengakui bahwa dia memang mampu, karena akhirnya bisa membuktikan bahwa dia kompeten. Tapi nggak ada. Huhuuu...

Secara keseluruhan, saya sukaaaa banget dengan novel ini. Banyak pengetahuan tentang sejarah papua, tentang strategi taktis, tentang latihan militer juga betapa serunya operasi militer berjalan. Saya rekomendasikan novel ini bagi kalian yang suka kisah penuh ketegangan, teror dan aksi baku hantam. Seru banget. Sungguh.



 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon