Senin, 16 Maret 2015

Resensi Mamma Mia! Survivor - Indah Hanaco

Judul          : Mamma Mia! Survivor
Penulis      : Indah Hanaco
Editor        : Gita Savitri
Penerbit    : Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku   : 163 halaman
Tahun terbit : 2014
ISBN               : 978-602-03-0930-9






BLURB

Orang-orang ini, luar biasa! Kegetiran hidup tidak mematikan semangat mereka. Kala sebagian orang bersembunyi dalam lara saat cobaan menerpa, survivor ini justru ikhlas menceritakan penderitaan, rasa sakit, atau penghinaan yang mereka alami pada dunia. Dengan usaha dan doa, mereka bertahan sekaligus menaklukkan pengalaman mengerikan pada masa silam.
Kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, kehilangan kasih ibu, dan pengkhianatan cinta yang dialami survivor ini membuktikan bahwa keajaiban bukan hanya terjadi dalam kisah para nabi. Saat kita bertekad untuk tetap berjuang. Tuhan pasti menghadiahi kita kemudahan. Karena sejatinya cobaan bukan melulu penderitaan, melainkan penempa jiwa agar menjadi lebih kuat.


RESENSI


        Delapan wanita, delapan kisah, delapan perjuangan hidup. Dibuka dengan kisah Survivor Satu yaitu Helen yang bahagia bagai di alam mimpi saat Ariel melamarnya. Selama setahun lebih pernikahan mereka berjalan tanpa riak. Hingga setelah kematian ibu Helen, di situlah turning point Ariel. Pria itu mulai terungkap belangnya.
        Dalam Survivor Dua, Lyla mengenal Monty sebagai senior di kampusnya. Mengabaikan reputasi Monty yang terkenal flamboyan dan punya banyak mantan, Lyla jatuh dalam pesona Monty. Sayangnya mereka kebablasan dan Lyla meminta pertanggungjawaban Monty. Monty yang merasa terjebak membuat pernikahan mereka bagai di neraka untuk Lyla. Lyla harus pasrah menerima penghinaan-penghinaan yang dilontarkan Monty.
        Survivor Tiga menceritakan tentang Wanda yang harus menghadapi kesedihan akibat meninggalnya sang ayah dan adiknya sejak ia masih balita. Hanya ibu yang ia jadikan sandaran hidup. Namun semua berubah saat sang ibu menikah lagi. Bukannya mendapatkan cinta dari sang ayah tiri dan saudara-saudara tirinya, Wanda justru harus membagi cinta dan perhatian ibunya. Hingga ia sadar, perjuangannya meraih kembali kasih ibunya adalah hal yang mustahil.
    Dalam Survivor Empat kita mendapati kisah Fiona yang tak pernah paham mengapa ia memiliki alergi terhadap pria. Setahunya ia merasa mulas dan ingin kabur sejauh mungkin jika menjalin hubungan dengan pria. Fiona berusaha mencari tahu ada apa di masa lalunya yang membuatnya seperti itu. Saat ia menemukan memori bahwa ia pernah menjadi korban pelecehan seksual semasa kecil, Fiona berusaha bangkit dan belajar memaafkan.
        Di kisah Survivor Lima ada Siwi yang harus menghadapi rasa duka akibat kematian suami dan kedua putrinya. Ia yang menjalani hidup bagai robot menenggelamkan diri dalam makanan dan gaya hidup tak sehat. Ketika ia dilarikan ke rumah sakit karena kesehatannya memburuk ia bertemu seorang perawat yang mengalami kedukaan yang sama dengannya. Dari Bertha, sang perawat itu, Siwi memaknai kehilangannya.
        Tya harus menghadapi kekerasan suaminya dalam Survivor Enam. Tadinya ia bertahan menghadapi pukulan demi pukulan yang dilayangkan padanya. Tapi saat pukulan-pukulan itu terarah kepada si kembar, mau tak mau Tya harus bertindak.
        Survivor Tujuh menceritakan tentang Yolanda yang merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Ia harus bertahan dari kemiskinan dan orang tuanya yang tak peduli. Ia bekerja keras agar adik-adiknya bisa sekolah layak tanpa harus menjadi pelacur seperti kedua kakaknya.
        Kisah dalam Survivor Delapan adalah yang paling unik. Lula merupakan putri dari seorang eks tapol (tahanan politik) karena si ayah terlibat dalam gerakan PKI di masa lalu. Sejak itu embel-embel "anak PKI" melekat padanya. Ia berjuang mendapatkan pekerjaan dan pasangan hidup yang tidak mudah didapat karena statusnya.

Saya sangat menyukai tema buku ini. Mamma Mia! Survivor adalah kisah delapan wanita yang berjuang mengatasi masalah kehidupan mereka. Banyak wanita di luar sana memiliki "iblis-iblis" mereka sendiri dalam kehidupan. Masalah-masalah yang dihadapi para wanita dalam buku ini pun cukup merepresentasikannya.

Beberapa kisah membuat saya berpikir, "Hm, ini kayak cerita hidupnya si anu." Juga, "wuih, ini kisah hidupnya si itu." Di situ kadang saya merasa miris :(
Benar, ini bukan sekedar fiksi, tapi kisah-kisah nyata, ada di sekitar kita, dialami teman, tetangga atau saudara kita. Atau bahkan kita sendiri.
Sekedar curhat, hidup di perkampungan membuat saya melihat Yolanda-Yolanda yang berjuang tetap hidup di garis lurus dalam belitan kemiskinan. Saya juga tidak heran dengan orang tua Yolanda yang tak peduli pada pendidikan anak-anaknya dan bersyukur jika anaknya berhenti sekolah karena itu berarti mereka bisa membantu ekonomi keluarga. Itu sebabnya Yolanda ini sangat menginspirasi.
Untuk Lula saya merasa kisah ini unik karena kami mengalaminya. Ya, kami. Papa, tante, om dan juga saya. Kakek saya sama seperti ayah Lula, eks tapol karena terlibat PKI. Karenanya saya paham frustasinya Lula, karena Papa saya dan adik-adiknya pun merasakan, setinggi apa pun sekolah mereka, tetap tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Waktu saya lulus dan mencari SKKB di kepolisian pun masih harus mengisi formulir terlibat/tidak terlibat PKI. Huff… konyol memang.
Kisah perjuangan yang beragam ini dikemas apik oleh Indah Hanaco. Seperti biasa, penulis menggunakan diksi unik yang jadi ciri khasnya. Misalnya, alih-alih menggunakan kata berkurang, beliau memilih kata defisit:

Lula harus menata hati dan hidupnya agar rasa nyerinya mengalami defisit. (hal 162)

Hanya saja kedelapan kisah ini tidak memiliki judul tersendiri. Setiap kisah diberi judul Survivor Satu, Survivor Dua dan seterusnya hingga Survivor Delapan. Agak berbeda dengan seri Mamma Mia! lainnya yang pernah saya baca. Tapi mungkin penulisnya ingin menonjolkan survivornya sehingga kata itulah yang digunakan sebagai judul.
Saya juga merasa masalah beberapa survivor kurang tergali dalam, seperti pelecehan seksual yang dialami Fiona kurang terasa traumatisnya. Sedangkan kisah Helen malah kurang rasa survive-nya. Bagaimana ia menghadapi hidup setelah ditipu habis-habisan oleh Ariel tidak diceritakan. Sehingga saya tidak mampu menangkap inti survivornya.

Buku ini saya rekomendasikan untuk para wanita, baik yang sudah menikah atau belum. Banyak inspirasi yang bisa kita temukan. Meski kita tidak mengalaminya semoga kita memiliki simpati dan empati untuk wanita-wanita di luar sana yang sedang berusaha survive.

3 bintang untuk Mamma Mia! Survivor, untuk kisah-kisah inspirasionalnya.


TEBAR-TEBAR QUOTE


Tidak ada orang yang bisa menempati posisi orang lain dan menjadi pengganti. Karena tiap manusia itu unik dan punya keistimewaan sendiri. (Hal 52)


"Sesekali, adalah manusiawi kalau kita bersandar pada orang lain. Karena kita nggak selalu bisa menolong diri sendiri." (Hal 79)


"Selamat pagi, apa kabar surga hari ini?" (Hal 100)


"Papa menyekolahkanmu bukan untuk membuatmu mudah mencari pekerjaan. Kalau cuma itu tujuan seseorang bersekolah, memalukan sekali." (Hal 155)


Karena hidup ini terus berjalan, tidak pernah menunggu orang yang berlama-lama dengan kesedihannya. Hidup ini kadang menuntutmu untuk berlari. (Hal 162)


"Tuhan memang selalu menyiapkan yang terbaik di bagian akhir." (Hal 163)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon