Selasa, 27 September 2016

[Resensi: Broken Hearts Academy - Dita Safitri] Konstelasi Persegi Semu

Judul buku: Brokenhearts Academy
Penulis: Dita Safitri
Penyunting: Hegar Purna Purina
Desain: Yanyan Wijaya
Ilustrasi cover: innerchild
Penerbit: Bhuana Sastra (Imprint BIP)
Tahun terbit: Mei 2015
Tebal buku: 237 halaman
ISBN: 9786022499619




BLURB

Yosandria mengira dialah yang paling terluka di dunia sampai dia bertemu dengan Anugerah, Ayana dan Lupita. Anugerah yang ceria ternyata menyimpan banyak luka. Ayana yang jutek juga punya alasan kenapa dia jarang sekali tersenyum. Lalu Lupita, si usil itu punya pemikiran aneh yang dianggap Yosandria tak masuk akal.

Tak ada yang menyangka mereka bisa berbagi tawa sekaligus luka. Empat orang asing perlahan berubah menjadi empat sisi tak terpisahkan yang saling menyembuhkan.

Life is just an academy for the brokenhearts. Tidak ada yang bisa menghindari kenyataan bahwa hidup mencederai semua orang yang ada di dalamnya. Siapapun. Namun, hidup juga punya obatnya. Hidup membuat orang menjadi bodoh, tetapi juga menyediakan pelajaran untuk membuat orang menjadi bijaksana dan cerdas. Simply, life is like a school. Tempat seseorang jatuh dan belajar berdiri lagi. Tempat seseorang terluka dan belajar sembuh kembali. Empat orang sahabat ini berhasil membuktikannya.


RESENSI

Lupita kesal bukan main saat mendapati nilai merah dalam buku rapornya. Tanpa memedulikan peraturan sekolah bahwa siswa tidak boleh naik ke atap larangan, Lupita mendatangi tempat itu dengan tujuan untuk menyepi dan melampiaskan kemarahannya. Siapa sangka di tempat itu sudah berdiri seorang cowok di tepi atap. Curiga bahwa cowok itu berniat bunuh diri, Lupita menegurnya. Tapi cowok itu tetap bergeming. Dan ternyata, di tempat itu masih ada seorang cowok lagi yang jelas-jelas bukan siswa sekolah Lupita karena mengenakan seragam yang berbeda. Itulah pertemuan pertama Lupita dengan Anugerah dan Yosandria.
Ternyata kejutan besar muncul di hari pertama kelas tiga, saat Lupita harus sekelas dengan Anugerah si juara umum dan Ayana si mantan juara umum, yang peringkatnya digeser oleh Gege. Seolah untuk melengkapi mereka, hadir pula si anak baru yang ganteng tapi cukup bloon, Yosandria.
Mereka yang semula saling jutek dan cuek mulai dekat dan menjalin pertemanan yang unik. Berbagi kekonyolan dan berbagi luka. Bisakah mereka saling menguatkan dan menyembuhkan luka satu sama lain? Akankah mereka membentuk konstelasi dan bersama-sama hingga akhir kisah?

------------------------


Ini adalah kali kedua saya membaca karya Dita Safitri. Sebelumnya saya sangat menikmati Notte dan menyukai gaya bercerita penulis satu ini. Dita Safitri selalu pandai menahan diri dan sabar dalam bercerita sehingga selalu membuat rasa penasaran saya akan ending novelnya. Kali ini pun, lagi-lagi saya nggak tahu seperti apa kisah ini akan berakhir.

Saya benar-benar takjub dengan pertemuan keempat tokoh utama novel ini yang ajaib. Hampir mirip seperti pertemuan yang bisa terjadi dalam sebuah manga, dan entah kenapa saya memang membayangkan adegan-adegannya dengan image manga di kepala saya. Mungkin karena adegannya lumayan pendek seperti fragmen-fragmen. Atau bisa jadi karena keempat karakternya yang unik dan terasa kuat.
Yang jelas saya dibuat jatuh cinta pada keempat tokoh novel ini, terutama ketika tiba di halaman 25:

Sejak hari itu, mereka berempat adalah titik keseimbangan dalam kelas. Empat orang yang dipertemukan untuk membuat sebuah garis imaji dalam ruangan itu. Garis imaji yang kemudian malah membuat mereka terus bersama sampai detik ini. (hal. 22)

Saya suka bagaimana Dita Safitri menempatkan keempat tokoh ini di posisi duduk mereka di dalam kelas dan menyebut mereka sebagai titik keseimbangan pembentuk garis imaji. Empat titik yang masing-masing memiliki ciri, memiliki sifat dan pembawaan masing-masing yang akhirnya saling menghubungkan satu sama lain. Saling melengkapi. Ini ide brilian kalau menurut saya.

Novel ini dikisahkan melalui sudut pandang orang ketiga dengan fokusnya berganti-ganti antara Ochan, Upi, Gege dan Ayana. Pembagian porsinya pun adil dan berimbang, masing-masing diberi kesempatan untuk mengungkapkan isi hati, ketakutan serta perasaan mereka. Membuat saya yakin akan kedalaman cinta yang mereka rasakan satu sama lain.
Dengan alur maju-mundur, saya dibuat terombang-ambing dalam pengharapan akan akhir bahagia keempat tokoh novel ini. Sempat deg-degan dan harap-harap cemas, dan yang jelas saya mewek juga. Ini kedua kalinya saya dibikin mewek oleh karya Dita Safitri. Tentunya karena gaya bertutur Dita yang menghanyutkan dan kepiawaiannya dalam mengatur adegan agar nggak terlalu klise.

Kalau ditanya karakter mana yang jadi favorit saya, jujur ini pertanyaan yang sungguh berat. Gege, Ochan, Upi dan Ayana benar-benar karakter yang mudah disayang dan tampak sangat nyata. Seolah mereka benar-benar hidup dan hadir di sekitar saya. Chemistry yang terjalin di antara mereka berempat asyik banget dan ngeklik banget. Apalagi karena keempatnya punya persamaan nasib yaitu sama-sama memiliki orangtua tunggal dan bermasalah dengan hal tersebut.
Lalu bagaimana dengan adegan favorit saya? Banyaaaak. Hahahaha... Salah satunya sih saat Ochan bilang kalau dia akan mengungkapkan rahasia Gege, bahwa Gege punya kebun ganja di halaman sekolah. Ya ampun, itu konyol abis dan bikin saya ngakak puas.
Sebenarnya masih banyak lagi adegan yang konyol, di samping adegan romantis, adegan mengharu-biru, adegan yang mematahkan hati hingga adegan yang bikin mewek. Tapi sungguh, kalian harus baca sendiri dan merasakan betapa mudahnya jatuh cinta pada keempat remaja ini.

Pada akhirnya, novel ini membawa ingatan saya betapa berharganya persahabatan di masa sekolah. Bahwa kadang kita nggak bisa menjudge orang hanya dari penampilan luarnya atau dari kedok yang berusaha dia tampilkan. Semua orang memiliki hantunya masing-masing dan berjuang dengan cara masing-masing. Jangan takut meraih impian atau meraih orang terkasih hanya karena rasa takut. Takut gagal ataupun takut kehilangan justru nggak akan membawa kita ke mana-mana.
Brokenhearts Academy sungguh merupakan kisah cinta yang ringan namun sarat makna. Dikemas dengan begitu apiknya hingga menjadi bacaan yang menarik dan mengasyikkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nurina mengeja kata Published @ 2014 by Ipietoon